Alangkah sakit hatinya, dia seperti wanita yang sama  sangat rendah di mata Gilang. Betapa sombong laki-laki itu, apakah karena kaya sehingga dengan seenaknya dia berkata kasar? Butiran bening  meleleh membasahi pipi kuning lasatnya. Dengan gontai dia turun dari tangga. Mak Atun yang memperhatikan Latifa keheranan.
      "Ada apa, Non?" Suara Mak Atun,  mengagetkan Latifa, segera dia menyeka air mata dengan hijab warna birunya.
      "Ada Mas Gilang Mak, dia tiba-tiba masuk dan marah-marah lalu mengusir saya," ucap Latifa.
      "Maafkan Mas Gilang ya Non, sebetulnya dia  baik, hanya akhir-akhir ini dia agak kasar dan suka menyendiri," kata Mak Atun sambil memeluk Latifa.
      "yang sabar ya non, jangan diambil hati," lanjutnya
Gilang berdiri terpaku, dia melihat seluruh kamarnya tampak rapi, pigura yang berisi foto Yolana yang dia buang , kini ada di atas tempat tidur. Hanya dokumen yang ada di meja yang tidak ditata, dan di atas meja itu ada mushaf Al-Qur'an peninggalan mamanya! Mushaf itu sudah lama tidak ada,  tiba-tiba ada di atas mejanya. Gilang menjadi ingat nasehat mamanya, untuk menjaga adik perempuannya dan jangan sekali-kali menyakiti wanita! Dadanya menjadi sesak, teringat dengan apa yang baru saja dia lakukan. Dengan kasar dia memarahi dan mengusir gadis yang  menata kamarnya! Siapakah gadis cantik tadi?
Perlahan dia mengambil mushaf Al-Qur'an yang ada di samping dokumennya. Kemudian dia buka benda suci itu yang merupakan hadiah mamanya ketika dia khitan. Ada tulisan tangan yang rapi dari mamanya " Jangan lupa sholat dan luangkan waktumu untuk membaca Al-Qur'an".
 Dadanya berdegub, sudah berapa lamakah dia melupakan salat dan membaca Al-Qur'an? Dia terlalu larut dengan pekerjaan dan kesenangan sendiri  bersama Yolana. Gadis itu  berhasil mengusir kesedihanya sepeninggal ibunya. Tanpa disadarinya dia telah jauh dari salat dan Al-Qur'an.
 Ketika  mendengar suara azan dari masjid, hatinya  tiba-tiba bergetar. Segera dia menuju ke kamar mandi dan membasuh wajahnya untuk berwudhu, kemudian dia salat, bersujud mohon ampunan pada Allah.
Ketika Gilang akan kembali ke kantor, dari mobil dia melihat gadis yang dia marahi tadi sedang keluar dari pintu gerbang menuju masjid. Apa yang akan dilakukan gadis itu? Pikirnya. Perlahan dia melajukan mobil keluar  gerbang, dan gadis berhijab biru itu sudah tidak kelihatan karena sudah memasuki masjid.
Sepulang dari kantor, Gilang langsung mandi kemudian berjalan menuju masjid. Senja ini tiba-tiba dia ingin menjadi tamu Allah di masjid, tempat dia mengaji, salat tarawih dan sallat wajib setiap subuh, magrib dan isya, ketika mamanya masih hidup. Dengan khusuk dia menghadap padaNya, hatinya yang selama ini diliputi rasa benci dan dendam perlahan mencair, kegundahan dan kegalauan hatinya menjadi sedikit lebih tenang. Alangkah nikmatnya apabila semua masalah yang menimpa diadukan kepada Allah.