Berjalan kaki sambil menikmati tempat-tempat indah merupakan aktivitas rutin saya dan suami sudah sejak puluhan tahun yang lalu, tetapi tidak pernah merasa bosan.
Ambarawa, Bawen, dan sekitarnya mempunyai banyak tempat yang menarik dan nyaman untuk olahraga berjalan kaki. Kali ini kami berjalan-kaki ke Benteng Willem I Ambarawa atau sering disebut Benteng Pendem.
Meski kami sudah beberapa kali berjalan kaki menuju tempat ini, tetap saja mengasyikkan sehingga tidak merasa lelah. Dari kejauhan kami sudah disuguhi bangunan peninggalan Belanda yang menurut sejarah, benteng ini mulai dihuni tahun 1844.
Kami berjalan di pesawahan yang mana antara sawah dan jalan diberi pagar berduri. Di sepanjang jalan ini kami bisa melihat beberapa bangunan bagian dari beteng berada di tengah sawah, atapnya dipenuhi rumput liar, tetapi masih menakjubkan, kelihatan kokoh dan kuat meski usianya sudah ratusan tahun.
Sesudah melewati pesawahan, kami masuk perkampungan di mana jarak rumah satu dengan yang lain berjauhan, karena masih bayak kebun yang luas.
Suasana masih pedesaan, kendaraan tidak banyak yang berlalu Lalang. Akhirnya sampailah kami di Bangunan utama Beteng Willem dari arah belakang.
Bila belum pernah mengunjungi tempat ini, orang pasti menganggap tempat ini horor. Melihat bangunan tua dan besar tak terawat, sebagian tertutup tumbuhan liar, suasana pun sangat sepi.
Apalagi ketika akan masuk, di sebelah kiri ada makam. Menurut cerita teman yang bertempat tinggal di lantai dua beteng, makam itu adalah makam seorang pejuang sekaligus ulama bernama Kiai Mahfud Salam yang dipenjara di beteng hingga wafat.
Sesudah melewati makam, kita masuk melalui Lorong sekitar 15-20 meter. Lorong itu gelap, bangunan tua seperti tak terurus. Di sebelah kanan lorong kami melihat tangga dari kayu menuju lantai dua, yang mana masih di huni beberapa keluarga.