Mereka juga sering kali kalah dalam duel satu lawan satu karena pemain-pemain Timor Leste lebih kuat walaupun posturnya tidak jauh berbeda dengan pemain kita.Â
Mereka lebih kuat dalam beradu badan karena latihan beban mereka dilakukan secara teratur. Pemain kita masih lemah dalam beradu badan sehingga sering terjatuh dan kehilangan bola.Â
Lihat gol yang dicetak Paulo Gali sangat berkelas. Pemain belakang kita kalah lari dan juga kalah adu bodi. Gali dengan tenang melambungkan bola ke atas kepala penjaga gawang kita yang hanya bisa melongo. Â
Pada babak kedua baru terlihat ada perubahan yang berarti dengan masuknya beberapa pemain kunci seperti Pratama Arhan dan Ronaldo Kwateh. Pemain yang disebut terakhir ini melakukan debutnya dalam usia termuda mengalahkan rekor Asnawi Mangkualam.Â
Dua pemain ini membuat serangan Timnas Garuda semakin berbahaya. Puncaknya, Ronaldo menerima umpan jauh dari sisi kanan lalu bola yang diterimanya diberikan kepada Ricky Kambuaya yang lebih bebas untuk menembak keras dengan kaki kirinya menjadi gol. Â
Gol penyama kedudukan ini memacu semangat Timnas Garuda. Apalagi ketika Marselino Ferdinan juga masuk menggantikan Evan Dimas serangan skuad Shin Tae yong semakin tajam.Â
Dua gol Pratama Arhan dan satu gol bunuh diri menutuplaga malam itu dengan 4-1 untuk kemenangan Timnas Garuda. Saya sebut Pratama Arhan mencetak gol yaitu dari titik penalti dari lemparan bola yang panjang.Â
Kendati Timnas Garuda menang 4-1 tetapi terus terang saja saya tidak puas melihat performa mereka. Selain lawan yang dihadapi adalah tim Timor Leste U-23, juga permainan Timnas Garuda belum berada pada level mereka seperti ketika bermain di Piala AFF yang lalu.Â
Ada yang menarik dicermati yaitu setiap pemain yang baru pulang ke klub mereka maka ketika kembali bersama Timnas, mereka harus kembali menata mental dan fisik. Artinya selama bersama klub, kondisi mereka menurun drastis. Prihatin.Â
Jadi jangan heran jika setiap mereka kembali berada dalam skuad Timnas, Shin Tae yong harus kembali bekerja menata mental dan fisik mereka.Â
Shin Tae yong sesungguhnya telah membuka mata kita bahwa sesungguhnya sepak bola kita tidak ada apa-apanya jika kita tidak mampu merubah kultur sepak bola menuju budaya disiplin tinggi.Â