Mohon tunggu...
Widi Slay
Widi Slay Mohon Tunggu... lainnya -

Mantan editor Tribunnews.com, menikah dengan seorang warga AS, dan kini menetap di Glendale, Arizona, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Kandung Mayang Prasetyo Memaafkan Pembunuh Anaknya

9 Oktober 2014   12:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:46 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Nining Sukarni, ibunda Mayang Prasetyo, menunjukkan foto Mayang semasa hidup, di kediamannya di Lampung, Selasa (7/10/2014). Mayang menjadi korban pembunuhan dengan mutilasi oleh suaminya, Marcus Volke (28) di Brisbane, Australia. TRIBUN LAMPUNG/PERDIANSYAH"][/caption] Saat membaca artikel dari Brisbane Times mengenai Nining Sukarni yang memaafkan pembunuh anaknya, saya tertegun membacanya. Tidak semua orang mampu melakukan tindakan besar hati untuk melupakan kejadian nahas apalagi jika orang terdekat dibunuh secara sadis dengan cara dimutilasi dan kemudian dimasak dengan cairan kimia. Melihat sosok ibu berusia 45 tahun ini saat diwawancarai di sebuah media dari Australia, terlihat ia sangat tabah meski ia tahu jika penopang hidup keluarganya yang bertanggung jawab membiaya dua saudara Mayang, yang bernama asli Febri Ardiyansah, sudah tidak ada lagi. Keluguan seorang ibu namun sangat tabah patut dijadikan sebagai contoh bagaimana kita harus menghadapi musibah dan tegar serta memberikan maaf.Dalam buku berjudul Mahatma Gadhi, All Men Brothers: Autobiographical Reflection, Gandhi berujar, " Orang yang lemah tidak pernah bisa memberikan maaf. Memberikan maaf adalah tanda-tanda dari kekuatan jiwa seseorang." Nining bahkan meminta maaf jika sang anak telah membuat tak nyaman Marcus Volke dan keluarga semasa masih hidup. Mayang Prasetyo, waria yang berprofesi sebagai penari kabaret dan pernah bekerja di kapal pesiar, dibunuh secara sadis oleh sang suami, Volke, lalu dimutilasi dan dimasak dengan cairan kimia sebelum akhirnya pria warga Australia itu kemudian bunuh diri dengan cara menggorok leher sendiri. Bayangkan saja, anak sudah dibunuh secara sadis namun masih sempat-sempatnya meminta maaf kepada pembunuh anaknya dan keluarga si pembunuh. Di mana kita bisa menemukan jiwa besar seperti ini? Terlebih setelah sejumlah media internasional lebih menyorot profesi Mayang sebagai waria panggilan kelas tinggi di sebuah situs online. Ini seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Semua agama mengajarkan sikap memaafkan. Dalam Alquran dan Injil dan kitab suci lainnya disebutkan dengan jelas betapa pentingnya memaafkan kesalahan seseorang. Sayangnya, kebanyakan dari kita memaknai agama secara sepotong-sepotong tanpa menelusuri lebih dalam dari ajaran yang dianut. Marilah kita mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi pada Mayang Prasetyo dan keluarganya dan semoga kita diberi jiwa yang besar dalam memaafkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun