Mohon tunggu...
Widi Slay
Widi Slay Mohon Tunggu... lainnya -

Mantan editor Tribunnews.com, menikah dengan seorang warga AS, dan kini menetap di Glendale, Arizona, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

David Levy, Seniman Pengrajin AS Berdarah Belanda-Indonesia

27 Januari 2015   02:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:19 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu dari papan permainan yang ditampilkan oleh David Levy, seniman pengrajin AS, adalah congklak. (Foto: koleksi pribadi)

[caption id="attachment_348121" align="aligncenter" width="490" caption="David Levy, seorang seniman pengrajin AS berdarah Indonesia-Belanda. (Foto: Widiyabuana Slay)"][/caption] Sebuah pameran bertajuk 30th Annual Key Wesy Craft Show berlangsung selama dua hari, Sabtu-Minggu (24/25 Januari 2015), di Key West Florida. Seluruh seniman pengrajin memamerkan produk buatan tangan mereka di acara yang dihadiri ribua pengunjung tersebut. Beragam produk dipamerkan antara lain kelereng buatan tangan yang hadir dengan desain yang unik. Ada juga produk terbuat dari kaca serta jenis-jenis lainnya yang sangat langka ditemui. Yang menarik, satu dari stan pameran itu memamerkan produk pakaian yang mirip dengan batik ala Indonesia. Pembuatnya adalah April D Bates dan corak yang dihasilkannya mirip dengan batik modern yang banyak dijual di pasaran saat ini. Namun, satu hal yang sangat mengesankan adalah seorang seniman pengrajin bahan kayu bernama David Levy. Produk dari bahan kayu yang dipamerkan sekaligus bisa dibeli dari lokasi acara sungguh membuat decak kagum. Detail serta perpaduan bahan kayu yang berbeda menyajikan sesuatu yang pantas disebut seni. Saat itu, saya dan suami bermaksud membeli sejumlah furnitur yang ditawarkan oleh David Levy. Hari pertama pameran, kami hanya sekadar melihat-lihat saja. Namun, Levy dengan ramah tetap melayani kami. Awal melihatnya, saya sudah menduga Levy memiliki darah campuran. Namun saat itu, saya mengira mungkin keturunan Jepang atau Hawaii. Ia benar-benar seniman bertalenta. Menurutnya, awal bisnis ini bermula karena ia membutuhkan meja untuk dirinya sendiri. "Saya tidak punya meja dan hal itu yang mendorong saya. Setelah itu, saya melihat peluang bisnis dan kemudian mengatakan mengapa saya tidak mencobanya," kata Levy yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana teknik dan seni. Hari kedua, kami sudah memutuskan untuk membeli furnitur yang kami inginkan. Saat sedang melihat-lihat jenis-jenis permainan yang terbuat dari bahan kayu, mata saya terantuk ke sebuah permainan yang mirip dengan congklak. [caption id="" align="aligncenter" width="508" caption="Satu dari papan permainan yang ditampilkan oleh David Levy, seniman pengrajin AS, adalah congklak. Lihat pada bagian tangah foto. (Foto: koleksi pribadi)"]

Satu dari papan permainan yang ditampilkan oleh David Levy, seniman pengrajin AS, adalah congklak. (Foto: koleksi pribadi)
Satu dari papan permainan yang ditampilkan oleh David Levy, seniman pengrajin AS, adalah congklak. (Foto: koleksi pribadi)
[/caption] Saya kemudian memanggil suami saya. "Ini mirip banget dengan permainan zaman dulu di Indonesia," kata saya kepada suami. Saat itu Levy mendengar ucapan saya. "Oh, Anda dari Indonesia," tanyanya ramah. Saya kemudian mengiyakan. "Saya juga memiliki darah Indonesia. Ibu saya berdarah Indonesia-Belanda dan ayah saya juga berdarah Indonesia-Belanda. Waktu itu orang masih menyebutnya Hindia Belanda," kata Levy yang mengaku berusia sekitar 60 tahun. Ia mengaku sering bermain congklak ketika masih kecil. "Ibu memperkenalkannya kepada kami (anak-anaknya)," kata Levy. Sungguh patut dikagumi. Permainan congklak masa kecilnya tetap dihadirkan dalam koleksi produk buatan tangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun