Stereotipe ini dapat dilihat pula dari sudut pandang luar film (interteks) dimana pandangan bahwa etnis Tionghoa selalu dikaitkan dengan perdagangan dalam keluarganya tidak lepas dari aspek historis etnis Tionghoa itu sendiri (khususnya yang berada di Indonesia) yang dikatakan berprofesi sebagai pedagang.
Yowis Ben (2018)
Setelah kita melihat unsur budaya dalam film Cek Toko Sebelah, kali ini kita juga akan melihat bagaimana representasi budaya yang ditampilkan dalam film Yowis Ben.
Film ini merupakan salah satu film hasil karya seorang YouTuber Indonesia yaitu Bayu Skak. Film ini merupakan film yang juga bergenre komedi dan film Indonesia yang menggunakan hampir seluruhnya bahasa Jawa dalam dialognya. Lewat film ini dapat dilihat bahwa Bayu sangat menjunjung tinggi kebudayaan Jawa. Dialog ini seperti “cangkemu cok” , “Iki wes poll!!’, dan masih banyak lagi yang hampir 95% menggunakan bahasa Jawa.
Nuansa perkampungan yang berada di Malang, Jawa Timur ditampilkan dengan baik dalam film ini. Bagaimana keseharian masyarakat Jawa yang sangat ramah dan memiliki rasa kekeluargaan satu dengan yang lain. Guyonan- guyonan khas Jawa juga menjadi salah satu hal yang tentunya menarik perhatian penonton.
Lewat film ini Bayu ingin membuktikan tentang stereotipe masyarakat selama ini terkait dengan orang Jawa. Banyak orang yang berpandagan bahwa orang Jawa adalah orang yang lugu, norak, gegabah dan miskin. Pandangan- pandangan ini tentunya muncul akibat media yang seringkali menampilkan karakter dari orang Jawa yang seperti itu sehingga akhirnya membentuk stereotipe dalam masyarakat.
Bayu merasa bahwa stereotipe seperti ini adalah hal yang perlu diperhatikan agar nantinya tidak berujung pada diskriminasi etnis tertentu.