keamanan Australia dimulai pada perang dunia II dimana AS membantu Australia mengalahkan jepang di kawasan Asia-Pasifik. Australia sudah menjadi sekutu AS sejak lama, salah satu buktinya dengan pakta ANZUS yang didirikan saat perang dingin tahun 1951. ANZUS merupakan dasar dimana tentara Australia ditempatkan bersama pasukan AS di Korea, Vietnam, Afghanistan dan Irak serta persetujuan penggunaan nuklir sebagai alat senjata perang. Australia terus menerus mendukung AS dalam setiap strategi yang dikeluarkannya. Oleh karena itu, pakta keamanan AUKUS bukanlah sesuatu yang baru, dengan ditandatanganinya AUKUS oleh Australia, secara implisit bermakna bahwa Australia menegaskan keberpihakannya pada AS dari pada China.
AS memiliki sejarah panjang terhadapAUKUS adalah kemitraan antara AS, Inggris dan Australia yang diresmikan pada September 2021 dengan berfokus pada aspek pertahanan dan keamanan. Salah satu program AUKUS yang menuai banyak kontroversi yaitu pembuatan kapal selam bertenaga nuklir untuk Angkatan Laut Australia. Hal ini merupakan langkah besar yang menarik perhatian dunia karena pasalnya AS tidak pernah membagi teknologi pembuatan kapal selam seperti itu kepada negara lain kecuali Inggris. Kelebihan kapal selam nuklir ini mampu menjelajah di bawah air dengan durasi yang lama dan sulit dideteksi, kapal selam mampu mencapai kecepatan 55 km per jam sehingga mampu menjelajahi lautan Asia-Pasifik dengan waktu yang lebih lama dan lebih jauh. kapal selam nuklir Australia dikabarkan memiliki kemampuan lebih unggul dari kapal selam nuklir China.
China memiliki kapal selam nuklir (SBBN) Jin-class Type 094A  yang  mampu membawa 12 rudal nuklir dan memiliki jangkauan tembak lebih dari 11.000km hingga mampu menjangkau daratan AS. Keberadaan kapal selam nuklir di perairan Laut Cina Selatan merupakan sebuah sinyal bahwa China berupaya untuk melakukan dominasi terhadap wilayah maritim termasuk kawasan Asia-Pasifik. Maka dengan itu, pembangunan kapal selam bertenaga nuklir Australia ini merupakan bentuk balancing power AS terhadap China. Hal ini membuktikan bahwa program AUKUS bukan semata-mata berdasarkan kepentingan nasional Australia, tetapi adanya strategi Amerika untuk mempertahankan hegemoninya di kawasan Asia-Pasifik.
AUKUS dapat dikatakan sebagai bentuk nyata kekhawatiran AS terhadap dominasi China yang menganggu hegemoni AS di kawasan Asia-Pasifik. China terus memperkuat pengaruhnya di kawasan Pasifik Selatan yang semakin hari semakin intensif dengan pendekatan pada bidang ekonomi. China menawarkan berbagai paket bantuan keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan perdagangan, membangun infrastruktur serta mengembangkan sumber daya alam kepada negara-negara kawasan Asia-Pasifik, contohnya China membantu negara Fiji dalam pembangunan sekolah dan fasilitas umum. China menjelma sebagai "bank" bagi negara-negara Asia-Pasifik. Keadaan ini menimbulkan sifat dependensi antar negara-negara kawasan Asia-Pasifik dengan China sehingga China berpotensi besar menjadi hegemoni baru di Asia-Pasifik.
Tentunya AS merasa waspada terhadap masuknya China di kawasan Asia-Pasifik. Ketegangan antara AS dan China sekarang dapat dikatakan sebagai keberlanjutan perang dingin karena perseteruan antar kedua negara masih identik dengan persaingan ideologi dan perkubuan (blok barat dan blok timur). Alih-alih melakukan perang militer, AS dan China berkompetisi untuk mempengaruhi negara dengan menawarkan berbagai bantuan agar menjadi sekutunya. Para analisis Hubungan Internasional juga menyebutkan bahwa ini adalah "Perang Dingin Baru".
Menteri pertahanan Inggris, Ben Wallace mengatakan melalui Times Radio, bahwa pembangunan kapal selam nuklir Australia tidak ada kaitannya dengan China dan perang dingin sudah ketinggalan zaman. Tujuan AUKUS berfokus pada masalah keamanan regional. Namun alasan ini terlalu utopis untuk dipercaya. Suatu negara pasti memiliki alasan kepentingannya sendiri untuk membantu negara lain. Apalagi kawasan Asia-Pasifik merupakan kawasan strategis bagi AS sejak berakhirnya perang dunia II. Kontribusi ekonomi yang diperoleh AS dari kawasan Asia-Pasifik mencapai angka yang cukup signifikan, AS juga menganggap bahwa pasifik sudah menjadi kawasan dengan hegemoni angkatan laut AS. Dengan demikian, jika China terus berupaya masuk dalam kawasan Asia-Pasifik maka akan mengancam eksistensi AS sebagai negara superior di kawasan tersebut.
Berdasarkan pernyataan diatas, bisa disimpulkan bahwa AUKUS adalah strategi Amerika Serikat sebagai bentuk balancing power dan upaya penggertakan kepada China sebagai tanda bahwa China harus mundur dari kawasan Asia-Pasifik. Perjanjian AUKUS juga sebagai pertahanan dan keamanan Australia serta regionalnya dari serangan negara besar lainnya. AS terus berupaya untuk melindungi sekutunya agar dapat mempertahankan hegemoni AS. AUKUS mendapat banyak respon negatif terhadap pembuatan kapal selam nuklir Australia karena hal ini menandakan bahwa kawasan Asia-Pasifik adalah arena yang berpotensi terjadinya konflik militer, khususnya di perairan Laut Cina Selatan. Program AUKUS juga memicu perlombaan senjata nuklir seperti yang pernah terjadi pada perang dingin, bedanya pada zaman sekarang, adanya pengembangan militer dan modernisasi senjata  akan membentuk strategi perang jauh lebih baik. Jika ketegangan ini terus berlanjut dan semakin buruk maka keadaan ini dapat dikatakan sebagai awal Perang Dingin Modern.Â
Referensi:
Rachmat, Angga Nurdin. 2017. Dinamika Keamanan Kawasan Asia Pasifik Dalam persaingan Kekauatan Maritim China dan Amerika Serikat. Vol. 2, No. 2. Ponorogo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H