Mohon tunggu...
Gusti Ayu Widya Sari
Gusti Ayu Widya Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan menari, saya cukup ekstrovert untuk melakuakn semua aktifitas saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bioetanol dari Limbah Pertanian: Kulit Pisang, Kulit Kopi, Kulit Buah Kakao, dan Ampas Tebu

25 November 2024   10:25 Diperbarui: 25 November 2024   10:36 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Bioetanol adalah salah satu jenis biofel berupa etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Bioetanol merupakan salah satu bahn bakar alternatif yang ramah lingkungan dan memiliki potensi sebagai bahan bakar terbarukan. Berbagai penelitian yang telah dilakukan untuk mengambangkan bioethanol dari berbagai bahan baku. Salah satu bahan baku yang di kembangkan saat ini adalah pembuatan bioethanol dari bahan baku limbah organik. 

Limbah organik dapat banyak di temukan di lingkungan sekitar, terutaa dari limbah pertanian. Pertanian menjadi salah satu penyumbang limbah organik terbesar. Banyak limbah pertanian yang dapat menjadi salah satu bahan baku pembuatan bioethanol, terutama limbah organik yang banyak mengandung gula (glukosa). Glukosa yang difermentasi menjadi etanol sehingga menghasilkan produk bioethanol. Glukosa dapat ditemukan di erbagai tanman seperti tebu, pidang, dan lain sebagainya. 

Dari pembahasan diatas ma artikel ini dibut. Artikel ini di buat untuk membahas prmbuatan bioethanol dari limbah pertanian seperti ampas tebu, kulit pisang, kulit kopi, dan kulit buah kakao. Fokus utama dalam artikel ini mengkaji motode, hasil penelitian, serta kontribusi terhadap energi. Berikut ringkasan dalam bentuk paragraph dari 5 artikel yang direview:

1)  Azrin et al ( 2023): Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah kulit kopi yang terbuang di masyarakat. Penelitian yang dilakukan menggunakan limbah kulit kopi sebagai bahan baku bioethanol. Proses fermentasi dilakukan dengan ragi roti dengan menunjukkan hasil bahwa kulit kopi dapat menghasilkan bioethanol dengan kadar cukup tinggi. Sehingga penelitian ini membuat kulit kopi memberikan potensi cukup besar sebagai bahan baku pembuatan bioethanol.

2)  Hidayah, (2018): Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inokulum S. cerevisiae terhadap kadar etanol yang dihasilkan pada proses fermetasi kulit buah kakao. Penelitian ini meneneliti tetang pengaruh variasi konsentrasi inoklum saccharomyces cerevisiae terhadap produksi bioethanol dari kulit buah kakao. Dalam penelitin digunakan metode fermentasi yang dilakukan dalam beberapa tingkat konsentrasi inoculum. Hasil penelitianya menunjukkan konsentrasi inoculum yang tinggi dapat menghasilkan kadar bioethanol secara lebih tinggi.

3)  Purba & Saragi  (2021): Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan pengganti bahan bakar yang berasal dari bahan bakar alternatif yang dapat membantu mengurangi krisis dari bahan bakar minyak bumi. Penelitian ini menggunakan tebu sebagai bahn baku pembuatan bioethanol. Metode fermentasi tradisional digunakan dalam pembuatan bietanol. Dari penelitian ini terbukti tebu dapat digunakan sebagai bahan baku yang efisien dibuktikan dengan hasil bioethanol yang cukup tinggi.  

4)  Anwar & Subagyo (2020): Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar bioetanol terbaik dari varian campuran apas tebu dan kulit pisang. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan limbah ampas tebu dan kulit pisang untuk membuat bioethanol. Metode yang digunakan adalah fermentasi dengan menggunakan variasi massa ragi. Hasil penelitian diperoleh bahwa dengan meningkatnya massa ragi maka akan mempengaruhi kadar bioethanol yang dihasilkan.

5)  Wusnah dkk (2019): Penelitian ini bertujuan membuat bioethanol dari kulit pisang kepok dengan variasi waktu fermentasi. Penelitian iani menggunakan pisag keprok sebagai bahan baku utama pembuatan bioethanol. Proses fermentasi dilakukan dengna optimasi parameter waktu. Hasil penelitian diperoleh bahwa kulit pisang keprok memiliki potensi besar sebagai sumber bioethanol.

Dari lima artikel yang direviuw dapat dilihat bahwa semua penelitian membuktikan jika bahan organik, seperti ampas tebu, kulit kopi, kulit buah kakao, dan kulit pisang dapat diolah menjadi bioethanol. Semua bahan yang digunakan dalam setiap artikel yang direview merupakan hasil sampiang dari produk. Ampas tebu menjadi hasil samping produksi gula yang kaya akan sukrosa. Kulit kakao, hasil samping dari industri cokelat, kaya akan selulosa dan gula kompleks yang dapat diolah menjadi bioetanol. Kulit kopi merupakan limbah dari industri pengolahan biji kopi yang kaya akan karbohidrat kompleks. Terakhir kulit pisang keprok yang kaya akan karbohidart sederhana seperti glukosa.  

Dibalik keunggulan yang diperoleh dari lima artikel. Ditemukan kelemahan di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penelitian berada di skala laboratorium, belum di lakukan secara besar-besaran. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan efisiensi dari penggunaan bahan baku yang di teliti di laboratorium dengan konvensional. Sehingga, penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi implementasi pada skala industri untuk menguji kelayakan ekonomis dan teknisnya. Selain itu beberapa penelitian pada lima artikel diatas belum banyak penelitian yang mengevaluasi efisiensi energi keseluruhan dari proses fermentasi hingga pemurnian bioetanol. Kajian energi ini penting untuk memastikan bioetanol lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil.

Kelimpa penelitian yang di review menunjukkan bahwa bioethanol dari limbah organik seperti ampas tebu, kulit kopi, kulit buah kakao, dan kulit pisang memiliki potensi besar sebagai energi terbarukan. Meskipun masih memiliki beberapa kelemahan seperti skala produksi dan efisiensi energi. Kelima penelitian ini membuka peluang besar untuk transisi energi ke energi yang lebih rama lingkungan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya mencakup pengembangan teknologi, peningkatan efisiensi, dan studi skala besar untuk mendukung implementasi bioetanol dalam industri.

Selain hasil penelitian yang menunjukkan potensi ampas tebu, kulit kopi, kulit buah kakao, dan kulit pisang, penelitian ini juga menunjukkan pentingnya ragi, suhu, dan waktu fermentasi dalam meningkatkan produksi bioethanol. Seperti penelitiang yang dilakukan oleh Hidayah (2018) dan Wusnah et al. (2019).

Refrensi:

Anwar, F., & Subagyo, R. (2020). Pembuatan Bioetanol Berbahan Baku Ampas Tebu Dan Kulit Pisang Dengan Variasi Massa Ragi. Jtam Rotary, 2(1), 123. https://doi.org/10.20527/jtam_rotary.v2i1.2009

Asteria, Apriliani.S, Franky, Agustinus (2013), "Pembuatan Etanol Dari Kulit Pisang Secara Fermentasi", Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,Semarang.

Azrin, M., Bahri, S., Nurlaila, R., Meriatna, M., Muarif, A., & Fibarzi, W. U. (2023). Pembuatan Bioetanol Dari Limbah Kulit Kopi Secara Fermentasi Menggunakan Ragi Roti. Chemical Engineering Journal Storage (CEJS), 3(2), 151. https://doi.org/10.29103/cejs.v3i2.7868

Dyah. 2011. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan", Jurusan Teknik Kimia, FTI UPN"Veteran". Yogyakarta

Hidayah, T. (2018). Pengaruh Konsentrasi Inokulum Saccharomyces cerevisiae Terhadap Produksi Bioetanol Dari Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L). SainsTech Innovation Journal, 1(1), 6--15. https://doi.org/10.37824/sij.v1i1.2018.18

Irvan, Prawati Popphy, Trisakti Bambang. 2015. Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal Dan Fermentasi: Pengaruh PH, Jenis Ragi Dan Waktu Fermentasi. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kusnadi., Syulasmi, A., dan Adisendjaja, Y.H. (2009). Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Bahan Baku Produksi Bioetanol Sebagai Energi Alternatif. Laporan Penelitian Strategis Nasional. Bandung : FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

Narisa Nur Aini Said. Herry Purnama. 2020. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Kulit Kopi Arabika dan Robusta dengan Variasi Waktu Fermentasi, Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta: Yogyakarta

Nasrun dkk. 2015. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan dari fermentasi kulit pepaya. Jurnal teknologi kimia unimal: Lhokseumawe

Nityasa M H Y T, Hafidh Frian P, Nur Hasanah, Dr. Widyastuti, S.Sc., M.Sc (2006), "Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Bahan Baku Bioetanol Berbasis Fermentasi".Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.

Prihandana, R., K. Noerwijati (dkk). 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Purba, J. S., & Saragi, J. F. H. (2021). Pembuatan Bioetanol Dari Tebu. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 11(2), 410--416. https://doi.org/10.24176/simet.v11i2.5349

Retno Tri Dyah, Nuri Wasir. 2011. Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang. Jurusan T knik Kimia FTI UPN "V t ran". Yogyakarta.

Saisa, 2017. Produksi Bioetanol Dari Limbah Kulit Kopi Menggunakan Enzim Zymomonas Mobilis Dan Saccharomyces Cereviseae. Universitas Serambi Mekkah: Banda Aceh

Sarjdoko,1991. Bioteknologi Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya. Jakarta :Gramedia Pustaka Umum

Soni. S.H, 2015. Produksi Bioetanol Dari Limbah Kulit Kopi Rakyat Daerah Ijen Jawa Timur. Lembaga Pengabdian Masyarakat: Universitas Jember.

Syamsul Bahri. Amri Aji. 2018. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok dengan Cara Fermentasi menggunakan Ragi Roti. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. Lhokseumawe

Trisakti Bambang, Silitonga br Yustina, dan Irvan. 2015. Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal Dan Fermentasi Serta Recycle Vinasse (Pengaruh Konsentrasi Tepung Ampas Tebu, Suhu Dan Waktu Hidrolisis. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Medan.

Viktoria. M, 2013. Prarencana Pabrik Bioetanol Dari Rumput Laut Dengan Kapasitas Produksi 8,48 Ton Bioetanol/Hari. Jurusan Teknik Kimia: Univesitas Katolik Widya Mandala

Wusnah, W., Bahri, S., & Hartono, D. (2019). Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata B.C) secara Fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 8(1), 48. https://doi.org/10.29103/jtku.v8i1.1915

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun