Mohon tunggu...
Widya Ross
Widya Ross Mohon Tunggu... penulis -

Pekerja

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sensasi Unik, Lucu, dan Seru Berbelanja di Pasar Penampungan Dinoyo, Malang

19 Desember 2014   13:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:58 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360371" align="aligncenter" width="300" caption="BERBELANJA DI PASAR PENAMPUNGAN DINOYO"][/caption]

Pagi-pagi sekali pergi ke pasar tradisional. Kegiatan tersebut adalah salah satu ritual pagi saya. Sekalian bergerak biar badan jadi segar.

Sebelum bercerita lebih lanjut, saya akan paparkan dulu, pasar tradisional itu sebenarnya apa sih? Berikut saya sarikan dari Wikipedia. Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang disertai kegiatan jual beli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan yang digunakan untuk berdagang biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka.

Sejak kecil saya sudah mengenal pasar, sebab nenek saya di kampung sana berjualan ayam potong di pasar. Saya sering berkunjung ke kios Nenek, beli pecel pincuk, onde-onde dan getas, kadang makan bakso di stand yang ada di tengah-tengah pasar. Seru sekali. Para pedagang di sana saling mengobrol tak lupa menyapa para pengunjung sekaligus menawari mereka.

Nah, setelah kuliah dan bekerja, saya pindah ke kota Malang. Saya tinggal di daerah Dinoyo dan sekitarnya. Beruntunglah ketika bekerja, tempat kos saya dekat sekali dengan Pasar Dinoyo.

Saya sering sekali blusukan ke sana. Beli apel, beli semangka, beli kue pukis, beli tas, kaos kaki, kerudung juga. Tahun 2012, pasar Dinoyo dipindah ke pasar penampungan daerah Merjosari. Untuk sementara saja. Sebab kawasan pasar Dinoyo akan dibangun mall. Gosipnya, nanti kalau mall sudah jadi, pasar Dinoyo akan direvitalisasi alias dijadikan satu dengan mall.

Memang sih, pasar penampungan jadi agak jauh dari tempat kos. Sejak pindah saya jadi malas juga ke sana. Jauh, malas jalan kaki.

Hingga tibalah saya menerapkan pola hidup sehat alias menyajikan menu sehat dan berusaha aktif. Mau tidak mau saya harus memasak sendiri. Namanya anak kos, maunya beli sayur dan buah dengan harga terjangkau. Begitulah, pada akhirnya saya jadi sering ke pasar.

Ternyata seru juga ke pasar. Sambil berjalan kaki bisa menghirup udara segar di pagi hari. Melihat gunung biru yang menjulang. Menyapa tetangga dan petugas kebersihan yang saya kenal.

Beberapa hal yang saya sukai dari berkunjung pasar tradisional adalah:

1. HARGA MURAH

Silahkan bandingkan harga ayam potong, ikan, sayur, maupun buah di pasar modern dan pasar tradisional. Harganya jelasjauh lebih murah berbelanja di pasar tradisional. Mungkin karena tidak membutuhkan pajak yang besar. Jadi harga jualnya pun bisa terjangkau. Terlebih sekarang bahan makanan pokok melambung. Pasar tradisional bisa jadi salah satu alternatif berbelanja.

2. SEGAR

Pasar adalah tujuan saya kalau membeli ikan, daging ayam potong, buah, dan sayur. Kesegarannya sukses membuat masakan saya jadi lebih nikmat. Ikannya kalau dibersihkan masih mengucurkan darah. Akar sayurannya masih penuh tanah. Buahnya juga, terutama apel, masih kinclong-kinclong. Saya kan diet, alias menerapkan pola hidup sehat.

Kadang makannya raw food. Di sini beli sayur organik susah. Jauh. Ya sudah, saya belanja saja di pasar tradisional. Sebab sayur dan buahnya masih benar-benar segar. Biasanya sayur dan buah dikirim langsung dari kota Batu. Sentra penanaman sayur dan buah.

Selain sayur dan buah, berbelanja bahan hewani pun, saya lebih sreg di pasar. Pernah saya beli ikan gurame, kerang, dan patin di penjual sayur yang mangkal di dekat kos, dan saya jadi ingin muntah. Pernah pula saya beli daging ayam boneless di supermarket, kan menurut saya lebih praktis ya. Namun ketiga dimasak, rasanya tak segurih ayam potong di pasar. Mungkin karena beku. Sekali dua kali, saya pikir saya yang kurang becus mengolah masakan. Namun untuk ketiga kalinya, saya kapok.  Untuk ikan dan ayam, lebih baik saya jalan kaki ke pasar. Sekalian minta dibersihkan dan dipotongkan sang penjual di sana.

14189447431040133265
14189447431040133265
IKAN SEGAR DI PASAR PENAMPUNGAN DINOYO

3. BISA MENJALIN HUBUNGAN BAIK DENGAN PEDAGANG

Kalau kita sudah beberapa kali berbelanja pada pedagang yang sama, biasanya hubungan yang baik akan tercipta. Pernah saya ingin beli selada keriting satu ikat saja. Eh, malah mau dikasih. Alasannya, seikat cuma Rp 500 perak. Tentu saja saya menolak. Saya keukeuh membayar.

Pernah pula saya dikasih tips menyimpan sayuran di luar kulkas. Menurut Mbak Penjual Sayur tersebut, caranya adalah: potong-potong, bungkus rapat dengan kresek. Tips ini manjur sekali. Saya dan teman saya sudah mencoba. Tidak percaya? Coba deh :).

Interaksi langsung antara pedagang dan pembeli menciptakan keakraban dan menambah teman. Saya pernah bertemu dengan bapak penjual cilok di jalan, beliau menyapa. Asyik kan, menambah teman? Kadang kalau sudah akrab, pedagang tidak sungkan memberikan diskon. Pembeli yang sudah dekat dengan pedagang juga terkadang suka memberikan oleh-oleh.

Cuma di pasar tradisional kita bisa menemukan hubungan unik ini.

Berbicara mengenai pasar penampungan Dinoyo, saya terkesan sekali. Salut deh buat pemerintah kota Malang. Perubahannya sangat drastis dibandingkan dulu.Berikut adalah perubahan yang dilakukan pemerintah kota setempat.

1. TEMPAT PARKIR LUAS

Bayangkan! Tempat parkirnya luas. Ada parkir khusus kendaraan roda empat dan roda dua. Parkiran pasar jadi kelihatan rapi. Jalan di depan pasar tidak kena macet deh.

14189434181984563677
14189434181984563677
PAPAN PETUNJUK PARKIR DI PASAR PENAMPUNGAN DINOYO

1418943487659147701
1418943487659147701
TEMPAT PARKIR PASAR PENAMPUNGAN DINOYO

Dulu Pasar Dinoyo tidak memiliki tempat parkir selebar dan sebesar ini. Kalau sudah masuk kemari, Pak Petugas Parkirnya rajin sekali menyapa. Ramah betul pokoknya. Jadi bukan cuma di pasar modern saja kita disapa sama petugas. Di pasar penampungan Dinoyo pun juga disapa dan disuguhi senyuman.

“Pagi, Mbak’e,” sambil senyum. Saya tidak memotret Pak Petugas Parkir karena beliaunya lagi sibuk memberikan karcis.

2. MUSOLLA DAN TOILET BERSIH

Tepat di sebelah Pak Petugas Parkir, alias jalan masuk ke pasar, ada musola mungil yang bersih sekali. Di samping musola ada toilet yang juga bersih. Tidak bau pesing. Padahal biasanya pasar identik sama jorok ya. Di sini, syukurlah, kebersihan kamar mandi umumdan musola tidak perlu membuat kita meringis jijik. Itu buktinya, ada pedagang menggelar lapak di sana.

1418943611994936236
1418943611994936236
MUSOLLA DAN TOILET DI PASAR PENAMPUNGAN DINOYO

Di dekat toilet ada penjual VCD dangdut dan lagu-lagu Jawa. Jadi kalau ke sana dalam kondisi hati gundah gulana, bersiaplah terhibur dan tersenyum-senyum sendiri. Ada yang ikut bernyanyi sekenanya dengan suara fals bukan kepalang. Tak peduli banyak orang, asal bisa hati terhibur, mereka percaya diri saja bernyanyi. Ada yang saling menyindir dengan celetukan-celetukan lucu, lantas pedagang yang lain tertawa. Pokoknya seru. Belanja asyik diiringi musik plus banyak humor.

3. LANTAI PASAR TIDAK BECEK

Sebab lantai pasar disemen dan dipaving. Jadi meskipun sedang musim hujan, tak perlu khawatir becek, atau kaki dan sandal jadi kotor. Nyaman kan?



1418943830709341584
1418943830709341584
LANTAI PASAR PENAMPUNGAN DINOYO

4. PASAR DITATA SESUAI JENIS BAHAN

Pembagian ini berfungsi mempermudah pengunjung. Terutama dalam hal cari-mencari. Saya tak perlu bingung kalau berpencar dengan teman. Biasanya kami bilang, "Saya tunggu di dekat snack-snack." Gampang, kan?

Kios atau bedak sayuran, ada losnya sendiri, ada wilayahnya sendiri. Tidak campur aduk dengan kios makanan.

Begitu pula untuk produk makanan jadi seperti bakso, mi ayam, soto, dan seterusnya, tempatnya juga berada di wilayah tersendiri. Kalau di pasar penampungan ini saya menemukan beberapa pembagian yaitu:

- wilayah pedagang sayuran

- wilayah pedagang buah

- wilayah pedagang fashion atau konveksi

- wilayah pedagang tahu tempe

- wilayah pedagang makanan jadi (warung atau gerobak makanan)

- wilayah pedagang daging, ikan, ayam

- wilayah pedagang kue basah dan cemilan tradisional

- wilayah pedagang sembako

- wilayah pedagang bumbu semacam rembah-rempah, dst

- wilayah pedagang alat dapur

- wilayah pedagang sandal, sepatu, tas

- wilayah pedagang snack

Berikut beberapa fotonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun