Mohon tunggu...
miranti widya ponulele
miranti widya ponulele Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Pembangunan Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah

Palu Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Money

Investasi Besar, Pisau Bermata Dua yang Berpotensi Merusak Iklim Usaha Mikro Indonesia

29 Agustus 2014   19:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:10 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tulisan ini saya buat karena terinspirasi pada satu kejadian di hari minggu kemarin. Seperti biasanya saya memanfaatkan hari minggu untuk berwisata kuliner, hal yang sangat sulit saya lakukan pada hari kerja. Pilihan saya jatuh pada Nasi kuning, sarapan khas nusantara yang sangat banyak tersedia di Kota Palu. Diantara banyak warung makan tersebut salah satunya adalah warung banjar atau nasi kuning STM yang merupakan langganan keluarga saya sejak puluhan tahun lalu. Tiba-tiba saya terkejut karena tidak seperti biasanya warung makan tersebut tidak buka. Disebelah warung tersebut ada toko kelontong, sekilas saya mengenali ibu pemilik warung makan sedang duduk didalamnya. Reflex saya bertanya, “ibu tidak jualan hari ini??” yang dijawab oleh beliau dengan “udah tutup dek, saya ngga punya pegawai lagi”. Mendengar jawaban ini terus terang saya heran bukan kepalang, puluhan tahun keluarga saya menjadi pelanggan dan rasanya tidak masuk akal, akhirnya dari percakapan selanjutnya saya mendapatkan jawaban, jika saat ini banyak para pencari kerja yang memilih untuk berkerja di Mall, Café, hotel dibanding dengan bekerja di usaha rumahan. Banyak factor yang memang memungkinkan hal tersebut, mulai dari gengsi, pendapatan yang lebih tinggi, hingga waktu kerja yang lebih fleksibel dapat dijadikan alasan. Sulawesi Tengah dan Kota Palu memang tengah giat membangun, pesona hasil tambang dan pariwisata membuat investor tidak lagi segan untuk berinvestasi di wilayah kami. Satu hal yang mungkin sangat menguntungkan bagi perekonomian daerah, namun disisi lain ternyata menyebabkan terganggunya aktivitas pelaku home industry. Padahal seperti kita ketahui bahwa home industry dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah sedikit dari beberapa usaha yang paling kebal terhadap krisis moneter. Terus terang saya tidak mampu menjabarkan melalui bahasa ekonom mengapa hal itu terjadi, tapi secara logika, Home Industry dan UMKM adalah unit usaha yang mandiri dan tidak rentan terserang efek dari kredit macet yang melanda Negara asing, sehingga menurut saya sangat disayangkan kalau akhirnya investasi besar dari luar akan mematikan aktivitas perekonomian kecil namun mandiri. Hal ini membuat saya berpikir, mungkin dibutuhkan trik dan regulasi tertentu agar peristiwa seperti ini tidak berulang dan meluas. Mungkin ada kompasianer yang bisa membantu menjelaskan kepada saya apabila telah ada regulasi yang dikeluarkan untuk melindungi usaha mikro seperti ini. Ah, yang terpenting adalah saya berharap semoga warung kesayangan keluarga kami bisa segera merekrut pegawai lagi, paling tidak, agar keturunan saya bisa merasakan apa yang pernah kami rasakan dimasa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun