Inflasi telah menjadi salah satu isu ekonomi yang paling mengkhawatirkan di akhir tahun 2023. Di Indonesia, inflasi tercatat sebesar 5,4% pada November 2023, melebihi target pemerintah sebesar 3,6%. Kenaikan harga-harga ini tentunya berdampak pada daya beli masyarakat, terutama kelompok menengah ke bawah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan inflasi melonjak di akhir tahun 2023. Pertama, harga-harga komoditas global, seperti minyak, gas, dan pangan, terus meningkat. Kedua, perang di Ukraina telah memperburuk kondisi inflasi global. Ketiga, permintaan yang meningkat di tengah pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19 juga turut mendorong inflasi.
Inflasi yang tinggi tentunya memiliki dampak negatif terhadap perekonomian. Daya beli masyarakat menurun, sehingga permintaan terhadap barang dan jasa juga menurun. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat.
Pemerintah dan Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan inflasi. Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin sejak akhir tahun 2022. Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan subsidi energi dan pangan untuk melindungi masyarakat dari dampak inflasi.
Namun, langkah-langkah tersebut belum cukup untuk mengendalikan inflasi. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus berkoordinasi untuk mengambil langkah-langkah yang lebih tegas dan terukur.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi:
Kebijakan fiskal
Pemerintah dapat meningkatkan belanja infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Pemerintah juga dapat memperkuat jaring pengaman sosial untuk melindungi masyarakat yang rentan dari dampak inflasi.
Kebijakan moneter
Bank Indonesia dapat terus menaikkan suku bunga acuan untuk mengurangi permintaan dan menekan inflasi. Bank Indonesia juga dapat melakukan operasi pasar terbuka untuk menyerap likuiditas di pasar.