Mohon tunggu...
Widyanto Sila Hasta
Widyanto Sila Hasta Mohon Tunggu... Dosen - Guru Agama Buddha & Dosen Akuntansi

Apabila suatu jalan sudah dipilih, walau bagaimana sulitnya perjalanan itu harus dijalani sampai selesai.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hukum Alam (Dhamma Niyama)

27 Mei 2020   10:22 Diperbarui: 7 Juni 2021   15:54 17146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Hukum Alam (Dhamma Niyama) (unsplash/sigmund)

Dalam penjelasan saya terdahulu, saya telah menjelaskan bahwa dalam Buddhism semua yang terjadi di alam semesta ini adalah berdasarkan hukum alam bukan karena kehendak siapapun atau makluk apapun, semua hal yang menimpa diri kita adalah hasil dari perbuatan diri sendiri (karma), tidak ada cobaan, tidak ada takdir yang menentukan kehidupan kita. 

Di alam semesta ini, semua kehidupan berjalan di atur oleh sebuah hukum yang disebut hukum alam (Dhamma Niyama). Hukum alam ini bekerja sendiri tidak diatur oleh siapapun atau makhluk apapun dan hukum alam ini bekerja secara alami. Lalu, hukum alam ini apa saja? Mari kita bahas!

Baca juga : Hukum Alam di Negeri Ini, Dikuyo-kuyo Bakal Hidup Mulyo

Hukum alam atau Dhamma Niyama merupakan hukum yang mengatur semua yang terjadi di alam semesta ini, hukum ini merupakan hukum dasar yang mengatur hukum fisika, hukum kimia, biologi, sosiologi, bahkan norma-norma kehidupan manusia yang alami dalam kewajaran. Dhamma Niyama yang dimaksud adalah:

1. Utu Niyama

Hukum ini merupakan hukum kepastian atau keteraturan musim. Hukum ini mengatur kepastian pergantian musim dan perubahan-perubahan temperatur di alam semesta. Hukum ini juga mengatur energi seperti terjadinya kilat dan petir, mengatur semua benda-benda sesuai dengan hukum fisika, kimia, dll

2. Bija Niyama

Hukum ini merupakan hukum kepastian atau keteraturan biji. Hukum ini mengatur tentang botani dan biologi. Hukum ini mengatur kehidupan tumbuh-tumbuhan, yaitu biji-biji tertentu akan menghasilkan tanaman atau buah tertentu; buah-buah tertentu memiliki citarasa tertentu dan lain-lain. 

Baca juga : Tujuh Hukum Alam

Contoh lainnya adalah perkembangan hewan atau tumbuhan, mutasi gen manusia, pembuahan, pertumbuhan biji menjadi tumbuhan, pembentukan janin, pertumbuhan sel, dan sebagainya.

3. Kamma Niyama

Hukum ini merupakan hukum kepastian atau keteraturan perbuatan (karma). Hukum ini memastikan bahwa kamma baik akan menghasilkan kebahagiaan, sedangkan karma tidak baik akan menghasilkan penderitaan. 

Perbuatan bisa dilakukan melalui pikiran, ucapan, dan tindakan. Hukum karma mengatur semua sebab yang dihasilkan oleh perbuatan akan memberikan akibat atau hasil dari perbuatan yang dilakukan. 

Misal: Musim virus corona, seseorang tidak mneghiraukan peringatan pemerintah, sehingga masih berkumpul ramai-ramai, dari perbuatan tersebut akhirnya mendapatkan hasil terjangkit virus corona.

Baca juga : Aliran Hukum Alam Pemikiran dan Para Tokoh

4.Citta Niyama

Hukum ini merupakan hukum kepastian atau keteraturan kesadaran. Hukum ini mengatur kepastian kemunculan dan kelenyapan kesadaran (citta). Hukum ini mengatur tentang kekuatan energi dari pikiran, dan juga mengatur kekuatan-kekuatan chi (tenaga supranatural).

5. Dhamma Niyama
Hukum ini merupakan hukum kepastian atau keteraturan fenomena (dharma). Hukum ini mengatur fenomena-fenomena lain yang tidak termasuk di empat hukum di atas. 

Contohnya kejadian bumi bergetar saat Bodhisattva Gautama lahir, turunnya hujan panas dan dingin untuk memandikan Bodhisattva Gautama ketika terlahir di dunia, dan munculnya gempa bumi yang dahsyat ketika Sang Buddha mengambil keputusan untuk memasuki nibbna.

Inilah hukum-hukum alam yang mengatur alam semesta, semua yang terjadi di alam semesta ini sesuai dengan hukum alam. Tidak ada kejadian yang sengaja terjadi tanpa sebab, atau ada makhluk tentu yang memberikan ujian atau cobaan kepada makhluk lain, atau kepercayaan bahwa kehidupan adalah kehendak dari makhluk atau dewa tertentu.

Buddha mengajarkan bahwa keberlangsungan alam semesta ini berjalan secara alami sesuai kewajaran alam. Peradaban manusia sekarang ini bukanlah peradaban yang pertama, karena kehidupan di bumi telah mengalami kepunahan peradaban beberapa kali. 

Setiap terjadinya kepunahan peradaban dan munculnya peradaban yang baru melewati selang waktu berjuta-juta bahkan miliaran tahun lamanya yang disebut berkalpa-kalpa kehidupan.

Buddha juga mengatakan bahwa manusia bukan satu-satunya penghuni di alam semesta ini, karena galaxi begitu luas dan di planet-planet lain yang tidak bisa dijangkau manusia juga memiliki kehidupan tetapi dengan postur tubuh yang berbeda dengan penghuni di bumi.

Demikian penjelasan untuk pagi ini, salam Namo Buddhaya, #dirumahsaja sabbe satta bhavantu sukitatta, semoga semua makhluk berbahagia. Svaha....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun