Â
Aspek spiritual dari puasa ramadan (juga puasa-puasa sunnah) sudah sering dibicarakan. Namun tidak demikian dengan aspek fisik yang salah satunya manfaat kesehatan puasa. Ya memang sering ditulis, puasa membuat sehat. Tapi puasa yang bagaimana? Seringkali tidak dijelaskan dengan detail.
Padahal di luar sana, puasa sudah mulai diakui manfaat kesehatannya. Bahkan banyak pula konsep perawatan dan penyembuhan penyakit yang berbasis pada puasa. Hiromy Shinya misalnya, gastroenterolog asal Jepang yang juga disebut-sebut sebagai salah satu dokter terbaik di dunia ini, menerapakan aturan yang sangat mirip dengan puasanya kaum muslim, yakni berpuasa selama 12-13 jam, yang diikuti juga dengan pengaturan pola makan.
Beruntung sekali di awal ramadan ini saya berkesempatan ngobrol dengan Mbak Eti seorang ahli gizi yang saat ini tinggal dan berkegiatan di Kota Palembang. Oya Mbak Eti Widayati ini adalah dosen di STIKES dan konsultan gizi di Pusat Konsultasi Wanita "KARTINI"-BKOW Sumsel.
[caption caption="Eti Widayati - Sumber : Facebook Eti Widayati"]
Mbak Eti yang terlihat awet muda dan tetap bugar ditengah-tengah berbagai kesibukannya ini meluangkan waktu untuk berbincang soal detoksifikasi. ya, detoksifikasi, istilah yang sangat umum disebut dan dikatkan dengan manfaat fisik berpuasa. Berikut obrolan kami soal detoksifikasi
 Â
Sebenarnya detoksifikasi itu apa, mbak?
Detoksifikasi adalah proses pembersihan/pembuangan timbunan sampah dan racun/toksin yang terkumpul dalam tubuh, baik yang terbentuk akibat hasil metabolisme makanan maupun yang masuk bersamaan dg makanan atau melalui pernapasan dan radiasi. = Detoks akan membersihkan system dan mengendalikan keseimbangan alami dalam tubuh.
Â
Nah sekarang kata-kata detoks sangat populer. Berbagai cara detoks sangat populer, bahkan banyak sekali produk-produk yang mengklaim sebagai produk untuk detoks, mulai dari supplemen yang diminum sampai semacam plester yang ditempel di bagian tubuh. Sebenarnya  detoks secara aman dan efektif  itu bisa dilakukan dengan cara apa?