Mohon tunggu...
Widyanti Yuliandari
Widyanti Yuliandari Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, ASN, Penulis buku

Widyanti adalah blogger yang juga penulis buku yang saat ini mengetuai komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, sebuah komunitas yang mewadahi perempuan penulis. Kini Widya tengah menjalani pendidikan Master di program Magister Teknik Lingkungan, Institut teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kesibukan kuliah tak membuatnya berhenti untuk menekuni blogging dan menulis buku. Saat ini Widya sedang menunggu proses penerbitan buku solo ke-5 nya yang bertema Pola Makan Sehat, Food Combining. www.widyantiyuliandari.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

World Water Day 2014: Thanks to Raw Foodist, Vegan and Food Combiners

19 Maret 2014   22:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

World Water Day 2014 hanya tinggal menghitung hari. Saya posting sekarang saja tulisan menyambut  WWD ini. Daripada nanti malah lupa atau pas sibuk saat harinya.

Sejujurnya pada World Water Day 2014 ini, saya ingin menyampaikan apresiasi kepada kaum raw foodist, food combiners dan para vegan. Bukan,….bukan karena saya adalah seorang yang sedang belajar ber-food combining. Dan telah dua tahun mengaku sebagai food combiner (meski terkadang masih on-off dan cheating sana sini).

Begini ceritanya …

Kalau soal vegetarian, mungkin sudah banyak yang tahu. Mereka konsisten untuk menjauhi daging dan aneka produk yang berasal dari hewan. Vegan, bisa dibilang kasta tertinggi dalam vegetarian (maafkan saya jika salah meng-analogi). Vegan bisa dibilang nabatiwan paling ketat. Bahkan madu lebah pun mereka ogah mengkonsumsinya. Pun produk kosmetik dan semua yang digunakan, mereka tak mau jika ada unsur hewan atau diujicobakan pada hewan.

Sebagai seorang muslim, saya tak mungkin jadi vegetarian. Agama yang saya yakini tidak mengharamkan unsur hewan (yang dihalalkan). Jadi saya enggak mungkin dong, “anti” terhadap sesuatu yang Tuhan halalkan.Kecuali mungkin ada alasan kesehatan tertentu yang mengharuskan saya berpantang makanan hewani. Apalagi bakso dan sate, saya masih doyan. Meski sempat lo, banyak teman yang terkecoh, mengira saya seorang vegetarian. Saking jarangnya saya makan daging-dagingan, telur, susu dan produk hewani lainnya.

Ngobrol soal World Water Day hingga vegan, Lo apa kaitannya? Begini ceritanya. Kalau kita membicarakan masalah air, seperti tak akan ada habisnya. Banjir, kekeringan, minimnya akses air bersih di beberapa tempat, hingga kasus-kasus waterborne desease; itu semua hanyalah beberapa permasalahan yang berkorelasi dengan air. Maka untuk menggugah kesadaran masyarakat dunia, secara internasional diperingatilah tanggal 24 Maret sebagai Hari Air Sedunia (World Water Day) yang untuk tahun 2014 ini, mengangkat tema “Water And Energy”.

Salah satu tujuan peringatan World Water Day tahun ini adalah meningkatkan kesadaran akan keterkaitan antara air dan energi. Saya sengaja hanya mengambil salah satu goalnya dari banyak goal yang ingin dicapai karena saya rasa yang ini sangat bisa untuk kita dukung dari ranah domestik. Kedua sumberdaya ini memang saling terkait, juga memiliki banyak kesamaan. Untuk menghasilkan energi dibutuhkan air. Air digunakan sebagai cooling water pada pembangkit listrik, juga pada proses penyulingan minyak bumi, juga untuk memproduksi biofuel. Sebaliknya, energi dibutuhkan untuk pemompaan air, proses pengolahan air hingga pentransportasian air (pada air kemasan misalnya).

Mungkin, bagi sebagian orang sangat tak terduga dan tak terpikir sebelumnya, bahwa sektor peternakan adalah kontributor yang cukup penting dalam pencemaran dan perusakan lingkungan (bedakan cemar dan rusak, ya). Vegetarian, dengan pola makan yang tak memasukkan bahan hewani ke dalam menu harian mereka, tentu adalah sebuah kabar baik.

Sektor yang memproduksi makanan adalah sektor yang sangat boros air dan energi. Memproduksi makanan berbasis tumbuhan masih jauh lebih hemat air daripada produksi daging-dangingan. Diet vegetarian membantu mengurangi penggunaan air juga polusi. Sebagai perbandingan, untuk memproduksi satu kilogram daging diperlukan air 13.000- 100.000 liter, sedangkan untuk memperoleh satu kilogram gandum hanya memerlukan 1000-2000 liter air. Jumlah energi yang diperlukan untuk menghasilkan daging adalah sebelas kali lebih banyak daripada jumlah energi untuk menghasilkan protein dari bebijian dalam jumlah yang setara.

·

Nah sekarang mari kita hitung jika kita mensubstitusi daging dengan bahan pangan nabati, perkilogramnya kita dapat menghemat air 12.000-98.000 liter. Wow…fantastis bukan? Bisa dibayangkan berapa efisiensi yang dihasilkan seorang vegan yang hampir selama hidupnya berpantang daging pun produk hewani lainnya?

Bagaimana dengan para penganut food combining? Untuk urusan produk hewani, FC memang sedikit lebih longgar daripada vegetarian. FC-ers boleh makan daging dsb, namun tetap dianjurkan untuk membatasi. Bahkan produk hewani seperti susu, keju termasuk yang tidak dianjurkan dalam food combining. Produk tersebut hanya boleh dikonsumsi sesekali saja sebagai makanan rekreasional.

Lain lagi dengan raw foodist.Untuk urusan efisiensi energi, mungkin raw foodist jagonya. Tak heran, karena mereka hanya makan makanan mentah, atau dimasak maksimal 40 derajat (seingat saya). Jadi mereka ini irit bahan bakar ya.

Nah, tulisan di atas bukan mempengaruhi pembaca untuk menjadi food combiner, raw foodist, atau vegan. Yang perlu di ambil dari ketiganya adalah semangatnya. Coba saya sarikan ya:

·Batasi produk hewani

·Makan sealami mungkin

·Makan tak selalu makanan yang dimasak

Ketiga semangat di atas, sebenarnya tak hanya baik bagi penghematan air dan energi. Atau yang lebih luas lagi, bagi sustainability. Namun ketiganya juga sama bagusnya untuk kesehatan. Produk hewani, meski selalu dielu-elukan sebagai protein kelas premium, nyatanya berpotensi kurang baik juga bagi kesehatan. Terutama jika konsumsinya berlebihan. Apalagi praktek peternakan masa kini juga sudah berbeda dengan jaman dulu. Hewan-hewan dipaksa segera gemuk dengan penambahan hormon. Makananpun tak selalu hijauan.

Makan sealami mungkin juga bisa menghindarkan kita dari berbagai aditif berbahaya. Juga proses pengolahan yang berlebihan dari suatu bahan makanan terutama makanan pabrikan, akan membuatnya miskin gizi. Jauh dari kondisi alaminya.

Konsumsi makanan segar, sayur dan buah sangat bagus bagi kesehatan.Kita mengkonsumsi sayur dan buah bukan hanya untuk mendapatkan serat dan vitamin. Ada substansi bernama enzim yang sangat dibutuhkan tubuh di dalam buah dan sayur segar yang tak dapat kita temukan pada makanan yang telah dimasak.

Akhirnya, apapun pilihan pola makan anda. Yuk kita mulai makan dengan berkesadaran. Happy World Water Day 2014!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun