YOGYAKARTA - Secara sosial, generasi milenial atau generasi anak muda masa kini selalu berusaha untuk terhubung satu sama lain melalui berbagai tindakan yang dilakukannya. Salah satu tindakan interaksi tersebut dilakukan melalui sosial media yang kemudian menghadirkan berbagai tren baru. Salah satunya adalah tren FOMO. Fear of Missing Out atau yang biasa disebut FOMO menurut Akbar (2018) merupakan sebuah perasaan kekhawatiran atau kecemasan sosial yang seringkali dirasakan oleh seorang individu melalui keinginannya untuk mampu terus terhubung dengan hal yang dilakukan orang lain. Dalam kata lain, kecemasan sosial ini akan mendorong seorang individu untuk melakukan hal yang sama dengan orang lain agar tetap bisa terhubung satu sama lain. Kecemasan ini sejujurnya memberi dampak negatif terhadap remaja, terutama karena mereka akan seringkali merasa rendah diri, tidak percaya diri, hingga depresi karena khawatir akan mendapat respon negatif apabila tidak melakukan hal sama yang dilakukan orang lain.
Lantas, apa pengaruh dari budaya FOMO ini terhadap perilaku konsumsi anak muda? Ketika anak muda menjadikan budaya FOMO sebagai prinsip hidup, mereka akan mengikuti berbagai tren termasuk gaya hidup orang lain agar tidak merasa ketinggalan, meskipun mereka harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini yang juga menyebabkan remaja milenial masa kini disebut sebagai generasi remaja paling boros. Budaya FOMO yang diliputi rasa ketakutan hingga kecemasan tersebut mendorong remaja untuk kemudian melakukan berbagai hal asalkan bisa mengikuti perkembangan agar bisa tetap terhubung di sosial media. Bagi mereka yang tidak bisa mengendalikan diri, kebanyakan remaja tersebut pun hidup dalam keborosan. Melalui budaya FOMO ini, kebanyakan dari mereka tidak dapat mengelola intensitas konsumsi, perilaku konsumsi mereka pun mengalami perubahan secara signifikan. Budaya FOMO ini mendorong anak muda untuk melakukan transaksi terhadap sebuah produk yang bahkan tidak mereka butuhkan. Mereka hanya membeli produk tersebut agar tidak ketinggalan dengan yang lain. Apabila hal ini dibiarkan, tentu saja di masa depan nanti akan kian banyak anak muda yang tidak mampu mengelola keuangannya dan justru meningkatkan intensitas konsumerisme hanya untuk mengikuti tren agar tidak ketinggalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H