Aku, Peter… keluargaku kaya raya… ayahku adalah seorang penguasa… tak sedetikpun aku pernah merasa sengsara. Hidupku bagai di surga.. apapun yang kuinginkan pasti ada dan terlaksana… bahagiakah hidupku?... ternyata tidak… aku tidak pernah merasa puas dengan hidupku.. Aku selalu ingin berada di atas segalanya. Aku merasa selalu ada manusia yang berada di atasku… dan aku tidak bisa menerimanya.. berbagai cara akan kutempuh untuk menjatuhkannya.
Sampai ayahku wafat dan meninggalkan kami dalam perseteruan harta warisan dari keempat istrinya. Dan ibuku sebagai istri tertua dan seorang yang sangat sabar hanya bisa pasrah dan menerima seluruh kekayaan dirampas oleh madu-madunya. Aku tidak rela.. aku memberontak dengan kepasrahan ibu sampai akhirnya satu-satunya orang yang kusayang itu menutup mata untuk selama-lamanya.
Hidupku terbalik sembilan puluh derajat. Aku terjatuh dan tak kuasa bangkit… aku terpuruk dalam gelimang obat-obatan dan hutang-piutang… sampai pertemuanku dengan Rindu… wanita penjaja cinta yang selalu membantuku.. kami senasib.. kami seiring dan sejalan.. sampai aku bangkit… dan menikmati kebersamaan dengannya.. Rindu… di mataku ia begitu sempurna..
Saat kunikmati malam itu… terbayang setiap jengkal tubuhmu.. mencumbumu seperti bulan pernama memancarkan hangat sinarnya. Rindu.. terimakasih atas cintamu… kamu telah memberikan surga dalam hidupku… walau dalam gelapku.. aku memang buta… mamun hatiku sangat jelas melihat ketulusan cintamu. Terima kasih Rinduku………. [end]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H