Mohon tunggu...
Al Widya
Al Widya Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

...I won't hesitate no more... just write...!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Diary sang penggoda] Gundik...(2)

3 November 2011   01:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:07 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Sial…!! Bagaimana mungkin terjadi!!!!!!........’ Widya terkejut melihat dua garis merah pada tespack…..

Wanita itu duduk terdiam beberapa saat di tepi ranjang. Pikirannya melayang kepada dua orang pria terdekatnya Pandu dan Praja.

Dengan Pandu Widya memang sudah bertekat tidak menginginkan seorang anak hadir di tengah mereka. Widya selalu menjaganya agar tidak sampai hamil dan keadaan itu telah berlangsung selama lima tahun.

Praja.. ah.. Widya terlalu terbuai dengan pemuda itu.. matanya terpejam memikirkan bagaimana memecahkan masalah ini. Begitu banyak kasus yang dengan mudah ia selesaikan namun tak pernah terbayangkan betapa berat menghadapi masalahnya sendiri.

“ Hamil?… kok bisa sayang….” Pandu terkejut mendengarnya. Ia memandang wanita dalam dekapannya seakan tidak percaya.

“ Maaf,… saya tidak bisa menjaganya… haruskah saya gugurkan?..” Widya sendiri sebenarnya memang tidak menghendakinya…..

“ Jangan terburu buru mengambil keputusan… sudah berapa bulan usia kandungan?..”

“ enam minggu…” wanita cantik itu menghela nafas panjang membayangkan hari hari suram di depan matanya. Maaafkan saya Pandu… walau ini bukan anakmu namun ini juga darah keturunanmu.. ini adalah anak Praja…..

*****

“ Saya akan berterus terang kepada papa…. Kamu tidak perlu cemas Widya… saya akan mempertanggung jawabkannya..” Praja berkata dengan pandangan penuh cinta kepada kekasihnya…..

Widya tersenyum penuh arti.. mungkinkah harus begini akhir petualangan cintaku… bagaimana mungkin ia mencintai anak dari lelaki yang menjadikannya GUNDIK selama lima tahun?.....

*****

Kartika duduk terdiam di sofa… dari informasi yang ia dapatkan wanita itu tengah hamil.. namun yang ia herankan justru suaminya lebih sering berada di rumah.. ia bisa berjam jam berada di perpustakaan pribadi membaca dan menulis di laptopnya… sebenarnya apa yang terjadi?... jangan jangan…….. Kartika terhenyak mengingat sesuatu… sejak tinggal di apartemen sendiri Praja jarang pulang atau sekedar mampir ke rumah. Ia teringat sebelum Praja memutuskan pindah ke apartemen sendiri mereka sempatbersitegang mengenai hubungannya dengan Widya… anak itu benar-benar tergila gila pada wanita simpanan ayahnya.

Pintu apartemen Praja sudah di depan mata. Kartika baru sekali ini mengunjungi tempat tinggal putra sulungnya itu.Beberapa kali ia mengetuk pintu namun tidak ada yang membukanya.. Dalam perjalanan pulang sekilas ia memandang sepasang pria dan wanita yang sedang hamil di taman sekitar apartemen tengah berjalan dan bergandengan mesra… Praja dan Widya….

*****

Widya tersenyum… hari hari menjelang kelahiran sang buah cinta di persiapkan dengan hati yang bahagia.. cinta Praja tersiram sepanjang penantian mereka untuk buah hati tercinta. Widyaheran pada dirinya sendiri.. di awal ia sangat tidak menginginkan kehadiran anak, namun sekarang ia sangat menndambakannya… mungkin inilah naluri keibuan.

Entah apa yang terjadi semenjak kedua pria ayah dan anak berbicara empat mata mereka memutuskan permasalahan dengan cara mereka yang menurut Widya sangat elegan dan bersahaja… tanpa perpecahan, permusuhan dan kebencian terpancar Pandu membiarkan Widya memilih. Dan dengan berbesar jiwa ia mundur mengalah kepada Praja menjadi ayah dari bayi dalam kandungan Widya. Ah… Pandu .. kau pantas ku puja… jiwa besar dan kedewasaanmu membuat Widya berdosa.. namun Praja telah menggantikan posisi ayahnya dengan baik… bak kata pepatah.. buah tak jatuh jauh dari pohonnya… itulah mereka.

“ Bayi ini sangat cantik…” perawat itu memuji Aina mungil dalam dekapan widya. Bayi montok itu tertidur pulas.. Widya tak henti hentinya memandangi buah hatinya… anakku.. semoga kelak kau menjadi manusia yang berguna… jangan ikuti jejak ibumu. Jadilah wanita sempurna dan berakhlak mulia…….

Dari balik jendela Widya melihat Pandu dan Kartika melangkah menuju ruangan tempat ia di rawat…. Kartika membawa seikat bunga di genggamannya…. Di lihatnya Praja mencium tangan dan memeluk kedua orang tuanya. Sungguh mereka keluarga yang bersahaja…. Tak terasa menitik air mata bahagiamembasahi pipinya…….

[ends……………………………..] SMG03112011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun