Pandemi covid 19 berdampak pada semua sektor, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dampak pandemi  covid 19 ini banyak merugikan dikalangan industry. Tetapi banyak industry yang tetap berusaha bertahan ditengah derasnya tantangan. Seperti cerita pemilik tahu, Sugiarni, asal Dusun Ladang Baru, Desa Perkebunan Gedung Biara, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang.
Sugiarni mengatakan pandemic covid 19 membuat produksinya menurun. Biasanya tiap hari Sugiarni bisa memproduksi 150kg, tapi selama pandemi pabriknya hanya bisa memproduksi 50kg-100kg.
Hal itu berpengaruh besar pada pendapatan terlebih harga kedelai sebagai bahan baku saat pandemic semakin naik. Harga kedelai sebelum pandemi covid 19 Rp. 300.000; perkarung, setelah adanya covid 19 harga kedelai naik mencapai Rp. 540.000; perkarung. "walaupun harga kedelai semakin naik mau tidak mau tetap dibeli juga karena kacang kedelai merupakan bahan baku pembuatan tahu. Sabtu (3/4/2021)
Ketika terjadi lonjakan harga kacang kedelai bahan baku pembuatan tahu, pengusaha tahu, pengecer, dan warung-warung makan penjual menu berbasis olahan kedelai bereaksi keras. Tidak heran lonjakan harga kedelai sebelum adanya pandemi  covid 19 sekitar Rp. 5000 perbungkus, dan setelah adanya pandemi covid 19 harga menjadi Rp. 6000 perbungkus. Yang berisi 25 potong tahu menjadi 23 potong tahu.
Ditambah lagi langkanya kedelai juga turut andil menurunkan produksi. Kelangkaan ini setelah adanya covid 19 membuat harga kedelai menjadi naik, sehingga membuat sugiarni tidak memproduksi seperti biasanya.
"Biasanya hasil dari tahu ini membuat saya untung, tapi kali ini benar-benar merasa bunting semenjak adanya pandemi covid 19," katanya.
Sugiarni mengaku dari segi keuntungan yang di dapat memang masih terbilang kecil. Namun harga segitu dipilih agar tetap bisa dijangkau konsumen dan ia beserta sejumlah karyawannya tetap bisa bekerja untuk memenuhi hidupnya.
Anjloknya omzet membuat sugiarni harus putar otak membayar gaji para karyawan pabrik tahunya. Ia sampai menjual sisa-sisa atau ampas pengolahan tahunya untuk diolah menjadi makanan sapi.
Sugiarni mengatakan meski sulit, dia tidak mau merumahkan karyawannya karena merekalah yang ikut berjasa membangun usahanya.
"Kami sudah jatuh bangun dalam membangun pabrik ini. Jadi pandemi covid 19 ini kami anggap sebagai ujian. Kami berharap ujian ini segera berlalu," katanya.
Sugiarni yang sudah menjalankan usaha pembuatan tahu sejak tahun 2003. Itu mengaku baru merasakan dampak yang cukup menyulitkannya dan pelaku usaha tahu lainnya karena adanya pandemi covid 19.
"Produksi tahu sejak itu jarang libur sebelum adanya pandemi covid 19, setelah adanya pandemi covid 19 ini produksi tahu lebih sering libur dikarenakan sulit mencari kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu tersebut."ujarnya.
Dimasa pandemi ini produksi kami menurun hingga 50%.disamping daya beli masyarakat yang rendah juga ada kenaikan harga kedelai import.
"Alhamdulillah dimasa pandemi belum ada yang berhenti produksi,cuman ada penurunan omzet, saya hamper KO (knockout-ed) alias terancam gulung tikar menjalani usaha ditengah pandemi covid 19 ini.jika saya melakukan harga jual sebab mengecilkan ukuran tahu tidak mungkin saya lakukan ",kata sugiarni.
Sebab, jika dalam sekali adonan jumlah kedelai dikurangi,maka produk yang dihasilkan akan jelek dan tidak disukai konsumen.selama pandemi covid 19 ini ada pekerja yang berhenti dikarenakan produksi Tahu sering libur tidak ada kedelai sebagai bahan baku pembuatan Tahu.
Dia masih mengingat bagaimana upaya untuk membesarkaan pabrik tahunya itu.
Tahu ini merupakan salah satu jenis tahu yang paling digemari di Dusun Ladang Baru. Penanaman tahu, berasal dari tempatnya diproduksi yakni wilayah Kecamatan Seruway. Banyak yang mengatakan jika tahu ini lebih enak. Tahu inilah yang di produksi oleh pabrik tahu milik sugiarni yang berada di Desa Perkebunan Gedung Biara, Kecamatan Seruway.
Sugiarni mengaku ,cukup kewalahan menghadapi kondisi saat ini,sebab bingung memikirkan gaji karyawan, membeli kayu sebagai bahan bakar pembuatan Tahu, memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ia mengingatkan realisasi luas panen tanaman kedelai selama 2020 hanya mencapai 40,04 persen dari target yang telah ditetapkan pemerintah.
Untuk itu, ujar dia, pemerintah perlu memberikan perhatian serius kepada petani kedelai lokal dan fokus mengembangkan kawasan komoditas kedelai terutama kawasan utama kedelai di empat provinsi, yakni Jatim seluas 78.937 hektare, Jateng seluas 39.248 hektare, Jabar seluas 37.393 hektare serta NTB seluas 30.864 hektare.
"Saya minta pemerintah segera melakukan langkah pengembangan kawasan utama kedelai seluas 127.419 hektare untuk peningkatan produktivitas dan melakukan ekstensifikasi agar kita tidak lagi tergantung dengan import kedelai".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H