Learn Turkish,dilihat dari namanya kita sudah bisa menebak maknanya. Ya, kegiatan yang mempelajari bahasa Turki atau biasa disebut dengan les bahasa Turki. Kegiatan ini merupakan program Cross Culture Centre (CCC), sebuah komunitas mahasiswa di Universitas Padjadjaran, Jatinangor-Sumedang. Chandra Tirta Aditya Gunawan, Ketua Cross Culture Centre mengatakan komunitas ini dibuat atas dasar kebutuhan.
“Kita mau menghadapi globalisasi. Kemudian banyak juga budaya luar yang masuk ke Indonesia, atau bahkan kita yang membawa budaya Indonesia ke luar. Kebetulan di sini sudah ada sastra Jerman, Jepang, Prancis. Belajar bahasa Jerman bisa ke temannya di sastra Jerman, kalo Turki kan belum ada. Melihat potensi serta sumber daya yang ada maka dibentuklah komunitas ini dengan programnya yaitu Learn Turkish. Jadi intinya Learn Turkish ini diadakan untuk menambah ilmu teman-teman di Unpad,” ungkap Chandra Ketua CCC.
Chandra juga mengatakan dengan menguasai banyak bahasa, sama saja dengan memiliki banyak teman. Kegiatan yang bekerja sama dengan Pribadi Bilingual School, Bandung, ini tidak dipungut bayaran alias gratis.
“Dibuat gratis biar semua bisa ngerasain manfaatnya. Tapi untuk buku, kami menyediakan, hanya saja mereka yang mencetaknya sendiri,” tutur mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan ini. Namun, walaupun gratis Chandra mengatakan Learn Turkish ini membutuhkan orang-orang yang ingin belajar serius.
“Jadi, bukan berarti karena program ini gratis maka bisa seenaknya saja, kami juga menunjukkan keprofesionalan dengan bertindak tegas bagi mereka yang sudah lebih dari tiga kali absen. Akan diberikan sertifikat bagi mereka yang lulus ujian dengan nilai yang memenuhi standar. Sertifikat ini sebagai awal untuk pemacu dan penghargaan bagi mereka yg belajar serius,” ujar Chandra.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, yang jumlah pesertanya lebih sedikit, tahun ini Learn Turkish berhasil menyedot peminat sebanyak lebih dari 200 mahasiswa. Kursus yang terjadwal setiap Selasa ini berdurasi 1.5 jam, yakni dari pukul 16.00-17.30.
Menurut Chandra, tahun ini lebih banyak bisa jadi karena adanya pergantian hari kursus dari Sabtu menjadi Selasa. Selain itu, tahun lalu juga Learn Turkish ini sempat tersendat, karena pendaftaran dibuka sekitar September namun baru memulai kursus sekitar Januari.
Selain di Unpad, komunitas serupa juga terdapat di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Jika di Unpad komunitasnya bernama Cross Culture Center, maka di UIN dinamakan Turkish Corner. Uniknya, pengajar bahasa Turki ini merupakan mahasiwa Turki yang berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unpad. Elmir Ahadzada dan Bedir Bakirav, dua mahasiswa jurusan hubungan internasional yang dengan sukarela berbagi ilmunya tentang bahasa negara asal mereka. Bedir Bakirav kebagian mengajar di UIN, sedangkan Elmir kedapatan mengajar di Unpad. Selain kedua mahasiswa Turki tersebut, adapula Cecep Rahmat Hidayat yang juga pengajar di Learn Turkish. Beliau merupakan pengajar di Pribadi Billingual School yang juga sempat lama tinggal di Turki.
“Saya bantu teman-teman saja, karena diminta mengajarkan bahasa Turki yasudah saya bantu,” ujar Elmir ketika ditanya mengenai motivasinya untuk mengajar bahasa Turki.
Namun, Elmir mengatakan ia memiliki kendala dalam berkomunikasi. Sebagai mahasiswa asing, kemampuan bahasa Indonesianya masih sangat minim. Hal ini terlihat ketika suasana kelas sedang berlangsung dan ada siswa yang bertanya.
“Kalau ada yang bertanya saya harus mencerna per kata, jadi agak lama untuk mengerti maksud pertanyaannya,” ungkap Elmir.
Chandra mengatakan, saat ini CCC masih fokus pada kegiatan Learn Turkish.
“Ini kan masih baru, sumber daya masih dikit, dengan sumber daya terbatas, Jadi ingin maksimalkan program ini,” ungkap Chandra.
Untuk kedepannya CCC berencana mengadakan tingkat lanjutan.
“Untuk yang tahun ini dan tahun sebelumnya masih tingkat satu, nah nanti rencananya kami mau membuat tingkat duanya,” tutur Chandra.
Selain itu ia juga berencana mengadakan gathering para siswa Learn Turkish. Ia ingin mengadakan kegiatan yang mengenalkan Turki, bukan hanya bahasa, namun juga kebudayaan serta makanan khas.
Nur Fatimah Az-Zahra yang biasa disapa Sarah, salah satu siswa Learn Turkish mengatakan ia merasa senang dengan adanya program Learn Turkish ini.
“Saya tertarik Les Bahasa Turki karena programnya masih jarang ditemukan. Terlebih lagi gratis. Lesnya menyenangkan, ditambah lagi yang mengajar orang Turki langsung,” ungkap Sarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H