Sejak saat itu saya belajar bahwa jangan pernah menyepelekan tindakan gigi apapun, mau itu cabut, tambal, skeling atau pembersihan karang gigi bukan hal yang sepele, dan bagaimana kondisi sistemik pasien tetap menjadi hal yang memang harus saya perhatikan sebelum melakukan tindakan gigi apapun.
------------
Saya juga pernah ada di posisi menyepelekan kondisi gigi, dan saya percaya 100% terhadap pandangan mata saya. Sampai ada berhadapan dengan kasus, pasien laki-laki dengan leukemia, seperti biasa saya melakukan evaluasi kondisi gigi, disitu saya ingat betul ada gigi dengan tambalan yang sangat besar, saya bertanya ke pasiennya ada keluhan atau tidak dengan gigi tersebut? Lalu pasiennya menjawab, tidak ada, dan saya meng-acc-kan untuk lanjut kemoterapi agresifnya.Â
Gigi 36, gigi geraham bawah kiri, sampai saat ini saya masih ingat tampilan giginya, wajah pasiennya, dan kondisi terakhir pasien sebelum menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya.Â
Memang tambalan sangat besar, di oklusal gigi (atau di area permukaan kunyah), tambalan dalam kondisi bagus, saya ketok giginya, pasien tidak ada keluhan apapun.
Dan tau apa yang terjadi?
Seselesainya kemoterapi, dimana terjadi masa aplasi, yaitu saat dimana sel darah pasien berada di titik terendahnya, pasien muncul nyeri pada area rahang  kiri, disusul pembengkakan pada arena wajah kiri, sampai ke mata. Saya bingung.Â
Sampai saya inget, kasus pasien ini pernah sampai dibahas di rapat timja (tim kerja), semacam rapat yang dihadiri berbagai macam dokter spesialis untuk membahas kasus pasien.Â
Dan di rapat itu diputuskan akan dilakukan CT Scan pada area mulut dan leher.
Hasilnya? Â pembengkakan wajah ini adalah NANAH.
Saya kemudian teringat tentang gigi dengan tambalan besar itu.Â