Namun Difa OHC ini yang membuat saya gak melulu mikir uang dan kaya, tapi jadi jadi idealis, dan juga penuh dengan kebanggaan sebagai seorang spesialis penyakit mulut
***
Tahun 2015 akhirnya tiba, dan saya dipanggil untuk orientasi RS. Namun apa yang terjadi setelah itu?
1 hari setelah orientasi saya didepak! Kata SDM RSUD, tidak butuh spesialis penyakit mulut.
Kebanggaan saya sebagai spesialis penyakit mulut runtuh seketika, hancur bekeping-keping. Saya merasa pendidikan yang saya jalani selama 3 tahun menjadi tidak ada harganya. Saya yang dulu memutuskan mengambil spesialis penyakit mulut karena SDM langka, menjadi SDM tidak berguna di RSUD.Â
***
Saya sebel si, sebel banget, tapi ya tidak berlama-lama juga karena saya memiliki kesibukan di DIFA OHC.
Dengan penuh idealis saya membuat DIFA OHC, walaupun banyak pasang surutnya, sampai 2022 ini Difa OHC masih terus eksis, walaupun pada akhirnya ga jadi klinik gigi yang bonafit, dan tidak membuat saya kaya juga, tapi saya bangga bisa menjadi sumber rezeki untuk pegawai dan juga dokter yang berpraktek. Â
Lanjut cerita tentang saya, setelah 1 tahun full ngurusin Difa OHC, akhirnya ada lowongan pekerjaan dokter gigi spesialis penyakit mulut di rumah sakit kanker di daerah Jakarta Barat, saya pun mengajukan lamaran.
Saya yang dengan luka pengalaman terluka dan merasa tidak berharga sejak ditolak RSUD, saya tidak punya ekspektasi apapun, Saya bahkan sudah tidak berani bermimpi, berharap, dan sudah hilang kesombongan saya sebagai dokter gigi spesiali penyakit mulut.Â
Setelah proses selama 6 bulan, dengan segala tes dari psikotes, wawancara, sampai tes kesehatan, akhirnya September 2016 saya mulai bekerja di RS Kanker Dharmais.