Leihitu Barat merupakan daerah yang mayoritas penduduknya bergantung pada sektor perikanan sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini membuat banyak siswa yang lulus sekolah menengah atas memilih untuk langsung menjadi nelayan, mengikuti jejak orang tua dan keluarga mereka. Mereka percaya bahwa menjadi nelayan akan lebih menguntungkan secara finansial dan memberikan kebebasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kepala SMP Negeri 85 Maluku Tengah, Ibu Syane Ariance Tehupeory mengatakan bahwa sebagian besar siswa SMP di Laeihitu Barat jika tidak lanjut SMA, mereka lebih memilih mengail membantu orang tua menjadi nelayan. Begitupula siswa SMA yang sudah lulus lebih memilih menjadi nelayan daripada melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Alasannya adalah karena arahan dari orangtua dan ekonomi keluarga.
Meskipun menjadi nelayan memiliki kelebihan dan keunggulan tersendiri, terutama dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan kehidupan masyarakat pesisir, keputusan ini juga berdampak signifikan pada pendidikan di daerah tersebut. Minat yang rendah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dapat mengakibatkan kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas dan terdidik di Leihitu Barat.
Pendidikan yang terhambat ini akan berdampak pada perkembangan daerah, karena para lulusan sekolah yang memilih menjadi nelayan tidak memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup untuk menghadapi tantangan di era globalisasi. Hal ini juga mempengaruhi kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan, karena mereka akan kesulitan untuk bersaing dengan daerah lain yang memiliki sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
Â
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan pemangku kepentingan harus bekerja sama dalam mengubah mindset siswa dan masyarakat. Pendidikan harus dipromosikan sebagai investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, para siswa perlu diberikan informasi dan dukungan yang memadai mengenai peluang karier dan pendidikan yang lebih baik di luar sektor perikanan.
Sekalipun upaya tersebut telah dipetakan untuk diarahkan. Namun Miris rasanya, siapa yang menyangka, Maluku yang kaya dengan sumber daya alam baik laut maupun darat yang berlimpah, malah mengalami keterpurukan dalam kemiskinan dan masalah kualitas pendidikan.Â
Ke depan dapat saja tidak lagi menjadi tuan/pemilik di tanah kelahirannya sendiri menghadapi masa depan yang semakin maju dan tingginya kompetisi memperoleh peluang dalam lapangan kerja demi kelangsungan hidup yang lebih baik.
Semoga, kedepan upaya kami sebagai pendidik bersama pemerintah dan seluruh komponen masyarakat, secara bersama-sama meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang.