Mohon tunggu...
Tung Widut
Tung Widut Mohon Tunggu... Guru - Guru biasa

Guru suka repot

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diam

27 Februari 2024   20:37 Diperbarui: 27 Februari 2024   20:49 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam Diam

Tung Widut 

Jangan bunuh aku dengan cintamu

Pengorbanan ku memang tak berarti

Lebih baik aku menderita

Dari kau tinggal tanpa kabar

Rumah tangga yang baik saja

Tak tahu mengapa diterjang badai

Karena tindakan mu

Aku memilih bertahan dalam derita

Tatapan mataku dapat dilihat isi hatiku

Betapa menderitanya

Tapi itu irama hidup 

Demi cinta aku bertahan

Menanti di depan pintu

Setiap hari dengan sejuta doa

Terucap dari bibir penuh harap

Kau kembali menuju pintu ini

Pintu yang kau lewati terakhir kali

27022024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun