Mohon tunggu...
Widuri Nur Aini
Widuri Nur Aini Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

i'm fangirl

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Problematika AI dalam dunia Pendidikan: Baik atau Buruk?

19 Desember 2024   14:05 Diperbarui: 19 Desember 2024   14:01 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir dan memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Salah satu inovasi terpenting yang muncul dalam beberapa tahun terakhir adalah penerapan kecerdasan buatan (AI). Teknologi AI memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita belajar dan mengajar, serta meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. AI telah menjadi sarana bagi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.  Hal ini telah penulis lihat langsung ketika berada dalam kelas, siswa dengan mudahnya mengakses website-website AI seperti, gemini, chatgpt, copilot, dan lain-lain.

AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengalaman belajar, jika digunakan dengan cara yang tepat. Namun, penggunaan AI yang berlebihan dalam pendidikan bisa mengarah pada ketergantungan teknologi yang tidak sehat, di mana siswa lebih fokus pada perangkat daripada berinteraksi langsung dengan guru atau sesama siswa. Ini bisa mengurangi keterampilan sosial dan komunikasi mereka. AI cenderung memberikan jawaban yang sudah ada, sehingga dapat membatasi pengembangan kreativitas siswa

Penggunaan AI dalam proses belajar dapat mengurangi kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri. Hal ini dikarenakan siswa dapat menemukan jawaban dengan mudah melalui AI. Siswa jarang sekali melakukan analisis yang mendalam melalui jurnal, buku, diskusi dengan ahli berkaitan dengan materi yang dicari. Mereka hanya menyalin jawaban dari AI tanpa melakukan pengumpulan sumber terlebih dahulu. Bisakah kita kembali menggunakan media buku? Jawabannya ya. Buku sering kali menyediakan informasi yang lebih mendalam dan terstruktur. Buku dirancang untuk memberikan penjelasan yang sistematis dan lebih lengkap, yang bisa membantu pembaca memahami suatu konsep dengan lebih baik. Bantuan buku fisik memungkinkan kita untuk fokus sepenuhnya pada materi tanpa terganggu oleh notifikasi atau gangguan digital lainnya yang sering terjadi ketika menggunakan perangkat elektronik. Namun, bukan berarti AI dan teknologi tidak memiliki tempat dalam pendidikan. AI dan buku bisa saling melengkapi. AI bisa memberikan akses cepat ke berbagai sumber daya dan jawaban, sementara buku memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan konsisten. Menggunakan keduanya secara bijak dan seimbang akan memberikan pengalaman belajar yang lebih optimal.

AI sendiri tidak intrinsik baik atau buruk. Itu tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Jika digunakan dengan bijak, AI memiliki potensi untuk membawa banyak manfaat bagi masyarakat. Namun, jika digunakan secara tidak etis atau tanpa pengawasan yang memadai, AI juga dapat menyebabkan banyak masalah. Maka, peran manusia dalam mengelola dan mengarahkan penggunaan AI sangat penting untuk memastikan bahwa dampaknya positif. Penggunaan AI memang sangat bergantung pada pengguna. AI seperti pisau bermata dua bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menjadi senjata yang berbahaya. Semua tergantung pada bagaimana kita merancang, mengembangkan, dan menggunakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun