Mohon tunggu...
Widuri Melati
Widuri Melati Mohon Tunggu... Penulis - BMI

Widuri Melati Penulis Cerpen Perawat Lansia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Balik Senyum Seorang Perempuan

27 April 2019   15:59 Diperbarui: 29 April 2019   17:10 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Oh ... Iya! Di mana mbak?" aku kembali bertanya dengan semringah.

"Di suatu Instansi di Jakarta, Alhamdulillah. Sekar sudah jadi pegawai kantoran, Lina!"

Aku melihat lesung pipinya begitu merekah, nyaris menutupi luka batinnya yang perih mendalam. Iya, aku paham sekali cerita hidup mbak Herlin. Dia menurutku adalah seorang perempuan yang patut diberikan predikat perempuan tersambar di dunia. Nyaris aku tidak pernah melihat dia marah, atau bahkan membicarakan orang lain. Sungguh bodoh sekali mantan suaminya dulu menyia-nyiakan mbak Herlin.

Di dalam gedung stasiun New Taipei City, Taiwan. Buruh migran dari berbagai macam negara menghabiskan waktu. Duduk santai, atau sekedar bercanda gurau setelah seharian jalan-jalan mengitari tempat rekreasi di Taipei, Taiwan. Aku sendiri menyempatkan waktu untuk berjumpa dengan mbak Herlin, dia lumayan sibuk dengan beberapa organisasi kemanusiaan yang dikelolanya. Ada banyak organisasi di Taiwan ini, selain pengurusnya pun dari para pekerja migran, juga banyak sekali apresiasi yang sudah diberikan dari pemerintah Taiwan sendiri.

Bahkan di luar gedung stasiun saat ini pun sedang ada pengajian, yang pengisi acaranya atau pengisi ceramahnya  mereka undang dari negara kita, Indonesia. Bersyukur sekali kita umat muslim bisa diterima masyarakat Taiwan yang mayoritas penduduknya menganut agama Buddha. Allah tidak akan peninggal kan langkah umatnya yang terus ingin bersama-Nya, walaupun hanya sejengkal.

"Bagaimana keadaan ibu kamu, Lina?" tanya mbak Herlin memecahkan lamunanku.

"Ibu ... Ibu masih belum ketemu mbak!" jawabku dengan nada datar.

Mataku hampir setengah basah, jika mbak Herlin harus pergi bertahun-tahun, bahkan sudah hampir 13 tahun di negara ini untuk menghidupi anaknya, juga meninggalkan bayang-bayang luka masa lalu. Tidak dengan aku. Aku baru saja mengambil cuti untuk pulang ke Indonesia, melepas rindu pada ibu, juga pada almarhum bapak. Iya, sejak kecil aku tak pernah tahu wajah bapak, dia meninggalkan aku untuk selamanya saat usiaku 5 tahun. Yang lebih malang lagi adalah ketika rumah yang kami tinggali habis dilalap si jago merah. Tak ada barang sedikit pun yang tersisa, termasuk foto bapak.

Kehancuran itu terus berlanjut ketika aku duduk di bangku kelas 1 SMP, ibu menikah lagi. Dengan seorang lelaki asal kota Lampung. Awal keadaan keluarga kami sungguh baik-baik saja. Hingga suatu hari ketika rumah mulai sepi, ibu yang memiliki usaha menjual baju keliling harus berjualan keliling kampung, hanya ada aku dan ayah tiriku. Saat itu aku berada di dalam kamar mandi, tanpa sehelai busana karena memang hendak mandi.

Dari kaca kecil kulihat ayah tiriku berdiri menghadap kaca yang terpasang di pojok ruangan kamar mandi, jelas saja kaca itu akan memperlihatkan seluruh ruang kamar mandi, termasuk aku yang tengah telanjang. Aku yang kaget dan ketakutan langsung mengenakan handuk dan keluar secepat mungkin dari kamar mandi. Tidak sampai situ, ayah tiriku selalu melancarkan aksi mesumnya setiap ibu pergi berjualan.

Hingga suatu hari aku muak, aku benci dengan segala kebohongan yang ayah tiriku lakukan. Malam itu aku sengaja ingin mengadukan semua perbuatan ayah pada ibuku. Aku ingin ibu meninggalkan laki-laki bajingan itu, namun sayang ternyata aku salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun