Mohon tunggu...
Widi Jatmiko
Widi Jatmiko Mohon Tunggu... -

gemar tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sensasi Perjalanan (Hampir) Setengah Putaran Provinsi Jawa Timur

2 Agustus 2017   07:14 Diperbarui: 2 Agustus 2017   08:38 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami langsung berangkat dengan mengandalkan peta online untuk rekomendasi jalan dengan pilihan rute terdekat. Sepanjang perjalanan memang tampak begitu padatnya kendaraan bermotor (baik motor maupun mobil) ke arah Surabaya, tetapi jalan masih lancar-lancar saja. Terbukti sampai di lokasi depan kampus adikku, jalanan di sekitarnya masih lenggang. Maklum jam pada saat itu saat membuka ponsel di dalam tas kecilku, menunjukkan pukul 06.45 WIB. Huhhh....di luar ekspetasi. Sebelumnya aku memperkirakan tiba di lokasi sekitar 07.20 WIB, ternyata bisa sampai lebih cepat dari itu.

Kemudian aku membuka pintu depan mobil dan sambil bilang ke kedua orang tuaku. "Kita sudah sampai. Bapak dan Ibu langsung masuk ke kampus saja. Sedangkan aku dan lainnya mau ke Pantai Kenjeran. Karena menunggunya nanti masih lama".

Ada dua alasan kenapa aku memilih Pantai Kenjeran sebagai misi tambahan ini, yakni; jaraknya dekat sekitar 9 Km dari kampus adikku, dan yang paling penting, menghilangkan rasa kepenatan menunggu prosesi wisuda yang setidaknya membutuhkan waktu 6 jam.

Langsung saja, aku bersama adik kecilku, serta kakak sepupu ke Pantai Kenjeran. Sesampainya di penjagaan loket parkir, Si Sopir sempat bertanya ke penjaga parkir,

"Bayar berapa?"

"Nanti saja bayarnya waktu pulang. Karena sekarang masih tutup."

Si Sopir menuju tempat parkir yang memang pada saat itu pukul 07.40 WIB masih sepi. Sekadar info, Pantai Kenjeran ini berada di bawah manajemen Pemkot Surabaya. Aku tahu infonya infonya dari karcis terbitan untuk masuk ke areal mendekati wilayah pantai. Gak mahal. Hanya 5 ribu saja. Tetapi, karena aku masuk ke areal tersebut masih belum ada penjaga loket, aku sempat bingung, boleh masuk apa tidak ya?

Kami berempat saja dan duduk di sudut taman. Tampak dari kejauhan seorang petugas di lokasi wisata tersebut sambil membawa Handy Talky mengontak rekan kerjanya untuk melayani tiket masuk. Kemudian beliaunya mendekatiku,
"maaf pak, tiketnya di sana." Sambil menunjukkan ke arah stand tiket yang masih tutup.
"Oh..iya pak. Tadi saya ke sana tutup". Aku berjalan ke arah loket.
Lalu aku bertanya "per orang 5 ribu ya Bu untuk masuknya?
"Iya Mas" jawab si ibu pembawa karcis/tiket.
"Saya orang empat Bu, berarti 20 ribu ya" sambil membuka dompetku dengan menyodorkan selembar uang 10 ribu dan dua lembar uang 5 ribu.

Lalu aku menuju ke sudut taman tempatku tadi. Dari persimpangan jalan, seorang petugas memint tiketku. "Tiketnya pak, mau saya sobek".
"Oh..iya pak, silahkan". Kataku
"Ini pak, sobekannya".
"Oh..iya" kataku lagi sambil menerima hasil sobekan tiket.

Kami berkeliling sekitar Pantai Kenjeran. Banyak pedagang makanan dan minuman di sini. Selaim itu, ada fasilitas taman bermain layaknya sebuah tempat taman rekreasi pada umumnya. Sambil berkeliling ria, kami ke arah jembatan kayu. Jembatam kayu tampak menarik. Dengan penuh warna-warni bagian relingnya, memberikan kesan ramai. Aku dan adikku laki-laki bergantian foto untuk sekadar mengabadikan moment menarik ini.

Jembatan kayu di Pantai Kenjeran - Surabaya. (Dok. Pribadi)
Jembatan kayu di Pantai Kenjeran - Surabaya. (Dok. Pribadi)
Yang lebih menarik di tempat ini adalah pembangunan jembatan layang yang aku taksir sepanjang 1 Km melintang di sekitar Pantai Kenjeran. Aku juga tidak tahu apa alasan pembangunan jembatan layang ini. Aku juga merasa desain konstruksinya kok mirip dengan jembatan suramadu ya? Ah, entah lah cukup memandangi saja sudah cukup bagiku hingga (maaf) orgasme mata. Hehehe...Aku dan adikku berjalan sampai ke ujung jembatan kayu. Sempat aku pegang relling-rellingnya.
"Astaga, kok rellingnya goyang-goyang? Sudah reyot ini" batinku.
Sontak aku memperingati adikku yang juga mendekati ujung relling kayu tersebut,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun