Apalah arti sebuah nama, kata pujangga terkenal Inggris William Shakespeare. Tetapi percaya atau tidak nama adalah awal dari kebohongan atau kejujuran dalam bermedia sosial, setidaknya dari pengalaman yang saya alami sendiri.
Pada awal-awal perkenalan saya dengan media sosial, saya mempunyai dua media sosial yakni Facebook dan Yahoo Mesenger. Di Facebook saya menulis nama akun sama dengan nama saya. Beda dengan di Yahoo Mesenger, saya membuat nama yang berbeda dengan aslinya atau nama samaran.
Ternyata pemilihan nama itu sangat berpengaruh dengan apa yang saya tulis atau tampilkan di media sosial. Di Facebook saya lebih banyak menampilkan diri saya dengan apa adanya. Di sana saya sering membagikan konten yang kaitannya dengan kata-kata mutiara, motivasi ataupun artikel atau opini yang menurut saya ada manfaatnya untuk orang lain.
Hal itu sangat berbeda dengan media sosial saya di Yahoo Mesenger. Di sana saya menampilkan diri saya dengan tidak apa adanya. Ada hal-hal yang saya poles sehingga lawan bicara di seberang menjadi lebih terkesan. Bahkan seingat saya di sana saya pernah berpura-pura sebagai seorang wanita ketika berbicara dengan seseorang dari luar negeri.
Tidak hanya itu, bahkan saya juga menampilkan foto orang lain yang saya katakan bahwa itu adalah diri saya ke lawan bicara di seberang. Ketika ia meminta untuk menyalakan web cam, saya bilang sedang rusak. Begitulah sebuah kebohongan akan terus diikuti dengan kebohongan selanjutnya.
Yang terbaik dari kita adalah yang paling bermanfaat. Maka dari itu saya mencoba menebarkan manfaat, termasuk lewat media sosial. Dengan tekad seperti itu akhirnya kini semua media sosial saya, saya namai dengan nama saya yang asli. Kecuali ada satu media kepenulisan yang mengunakan nama saya asli tapi masih saya tambahi dengan kata Abdullah.
Dengan nama-nama yang asli tersebut kini saya menjadi lebih jujur dengan apa yang saya tampilkan. Juga lebih memilih konten-konten yang lebih bermanfaat untuk pembaca.
Dalam kepercayaan orang Islam, manusia yang meninggal akan terputus amalnya kecuali tiga hal yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak yang solih atau solihah yang mendoakan orang tua. Dengan menebarkan konten-konten yang jujur dan bermanfaat di media sosial semoga menjadi salah satu amal yang tidak akan terputus setelah kita mati nanti, yakni ilmu yang bermanfaat.
Setiap apa yang kita kerjakan pasti akan dimintai pertanggungjawaban nanti pada saatnya. Jika yang kita tulis atau kita bagikan adalah hal-hal yang tidak bermanfaat atau tidak baik tentu akan dimintai pertanggungjawaban juga nanti pada saatnya.
Sebuah kebohongan akan diikuti oleh kebohongan-kebohongan yang lain. Dan yang saya alami di media sosial hal itu bermula dari nama. Mari kita gunakan nama dengan jujur, konten dan yang lainnya mudah-mudahan akan mengikuti setelahnya...I]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H