Mohon tunggu...
Widoko
Widoko Mohon Tunggu... Guru - Menyukai semua hal yang inspiratif

Pernah menimba ilmu di Yangzhou University, China

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ramadanku Disambut dengan Positif Corona

13 April 2021   07:49 Diperbarui: 13 April 2021   07:54 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barang siapa senang akan datangnya bulan Ramadhan maka diharamkan baginya api neraka. Begitulah kira-kira sitiran hadist yang disampaikan oleh Ustadz di Mushola dekat rumah dua hari sebelum puasa tiba.

Ya umat islam memang layak bahagia akan datangnya bulan Ramadhan. Pada bulan kesembilan kalender hijriyah ini terdapat banyak hal-hal istimewa yang tidak terdapat pada bulan lain. Diantara keistimewaan itu adalah pada bulan ini ada malam lailatul qodar yang nilainya lebih mulia dari 1.000 bulan.

Selain lailatul qodar, bulan Ramadhan juga identik dengan bulan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Intinya pada bulan ini adalah saat-saat untuk berlomba dalam amal dan kebaikan.

Dengan banyaknya keistimewaan itu sudah barang tentu umat islam seharusnya bahagia akan datangnya Ramadhan. Tetapi hal yang bertolak belakang saya rasakan. Saat banyak orang lain bergembira saya malah sangat bersedih. Gara-garanya saya positif Covid-19 tepat sehari sebelum puasa hari pertama.

Ceritanya berawal dari istri saya di tempat kerja yang sedikit flu. Oleh Sang Atasan ia diminta untuk tes PCR, karena semua pegawai di tempat kerjanya sudah tes PCR dan hasilnya negatif.

Karena berbagai alasan akhirnya istri saya memilih tes swab antigen, dan hasilnya positif. Karena positif saya dan anak kami yang termasuk orang-orang kontak terdekatnya pun juga ditest, dan hasilnya positif.

Maka jadilah kami sekeluarga positif corona. Ramadhan yang kami rencanakan akan tarawih bersama dan tadarus bersama di mushola akhirnya sirna karena harus karantina 14 hari lamanya. Momen sahur bersama kini tidak ada karena si kecil tidak puasa. Ngabuburit dan berburu menu berbuka yang biasanya seru juga tinggal di angan.

Karena merasa kuat saya memaksakan untuk puasa di hari pertama. Hal yang terberat yang saya rasakan adalah rasa kering di tenggorokan.

Tetapi alhamdulillah kondisi saya sudah membaik saat ini. Jika diantara anda ada yang positif Covid-19 berdasarkan pengalaman saya obat yang paling melegakan adalah air hangat yang ditetesi sedikit minyak kayu putih. Air hangat ini bisa teh, atau air biasa yang dikasih madu. Juga yang tidak kalah penting adalah mengkonsumsi multivitamin.

Saya dulu tidak pernah menyangka jika suatu saat akan terkena corona. Tetapi sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Jangan pernah sepelekan pandemi sebelum benar-benar usai. Meski vaksin sudah ada mematuhi protokol kesehatan adalah hal yang utama.

Semoga 14 hari lagi saya bisa beribadah di bulan Ramadhan dengan sempurna seperti yang lainnya...I]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun