Gelaran akbar bulutangkis All England 2021 usai sudah. Indonesia harus pulang tanpa piala karena dipaksa meninggalkan pertandingan atas kejadian yang sebetulnya bukan kesalahan para pemain. Tim Indonesia dipaksa mengakhiri perjalanannya karena pada saat berangkat berada satu pesawat dengan penumpang yang positif Covid-19.
Dengan tidak adanya Indonesia, boleh dibilang All England 2021 menjadi kurang greget. Mengapa demikian? Karena pada gelaran tahun ini All England tidak diramaikan oleh negara-negara kuat cabang olah raga bulutangkis seperti China, Korea Selatan, dan Indonesia.
Dengan tidak adanya tiga negara kuat tersebut, Jepang pun meraja lela. Negeri Sakura merajai dengan empat piala. Bahkan dari lima tempat di final, tiga diantaranya adalah all Japan final: ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Plus satu piala tunggal putri yang akhirnya dapat direbut oleh Nozomi Okuhara Jepang pun hanya menyisakan satu piala di tunggal putra yang akhirnya berhasil diraih oleh Malaysia.
Dengan adanya tujuh wakil Jepang dari sepuluh spot di final pada All England 2021 tersebut pun tak luput dari serbuan netizen. Banyak dari mereka yang menyatakan gelaran All England tahun ini sebagai All Japan. Kata All Japan pun sempat menjadi trending topic di Twitter dengan lebih dari 16,5 ribu cuitan.
Dengan adanya All England berasa All Japan ini menjadi PR besar BWF untuk mengembalikan pamor turnamen bulutangkis tertua di dunia yang telah berusia sekitar satu abad lebih itu. Keberadaan Indonesia dalam turnamen tersebut tidak bisa dianggap remeh karena merupakan salah satu negara kuat dalam sejarah pagelaran All England.
Indonesia sampai saat ini sedikitnya telah meraih 48 gelar di All England. Gelar juara terbanyak diraih dari ganda putra sebanyak 21 gelar. Tunggal putra menyusul dengan 15 gelar. Selanjutnya ada ganda campuran dengan 6 gelar, tunggal putri 4 gelar, dan ganda putri dua gelar. Gelar terakhir diperoleh pada gelaran tahun lalu di sektor ganda campuran oleh Praveen Jordan yang berpasangan dengan Melati Daeva Oktavianti.
Salah satu prestasi yang belum disamai oleh negara manapun adalah rekor gelar terbanyak tunggal putra yang diraih oleh legenda bulu tangkis Indonesia, Rudy Hartono. Rudy Hartono sampai saat ini mencatatkan diri sebagai peraih piala tunggal putra All England terbanyak dengan delapan gelar. Hebatnya tujuh dari delapan gelar tersebut diraih Rudy Hartono secara berturut-turut dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1974. Adapun satu gelar lagi diraih pada tahun 1976.
Sepak bola Brazil jagonya, kalau bulu tangkis Indonesia. Begitulah kira-kira celetukan teman ayahku berpuluh tahun yang lalu. Memang pada waktu-waktu itu prestasi bulu tangkis Indonesia sedang luar biasa. Dan memang jika dilihat dari peta perbulutangkisan dunia, kita adalah salah satu yang layak diperhitungkan.