Mohon tunggu...
Widoko
Widoko Mohon Tunggu... Guru - Menyukai semua hal yang inspiratif

Pernah menimba ilmu di Yangzhou University, China

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah Cleopatra Majapahit, Wanita di Balik Kejayaan Kerajaan Terbesar Nusantara Menurut Ahli Luar Negeri

5 Maret 2021   06:04 Diperbarui: 5 Maret 2021   10:06 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Profesor Earl Drake seperti dilansir Okezone.com, 28 Februari 2021, menyebutkan bahwa Gayatri adalah pemikir dan sosok dibalik sejumlah peristiwa. Termasuk diantaranya adalah perekrutan Mahapatih Gajah Mada, sosok yang kemudian terkenal dengan Sumpah Palapa.

Sumpah Palapa adalah tekad atau janji politik Gajah Mada untuk menaklukkan atau mengalahkan daerah-daerah atau kerajaan-kerajaan di nusantara. Sumpah tersebut diucapkannya ketika dilantik menjadi Patih Amungkubumi pada masa Ratu Tribhuwana Tunggadewi, Putri dari Gayatri Rajapatni. Tribhuwana Tunggadewi inilah yang kemudian nanti menurunkan raja terbesar dalam sejarah Majapahit, Hayam Wuruk. Sayangnya setelah era Gajah Mada dan Hayam Wuruk, Majapahit lambat laun surut dan akhirnya runtuh pada sekitar tahun 1478 Masehi.

Menarik untuk dipertanyakan, mengapa Drake menempatkan Gayatri Rajapatni sebagai wanita di balik Kejayaan Majapahit dan mensejajarkannya dengan Cleopatra, bukan Tribhuwana Tunggadewi yang notabene pernah menjadi raja misalnya?

Dengan tidak bermaksud mengurangi sedikit pun peran Tribhuwana Tunggadewi dalam kebesaran sejarah Majapahit, sepertinya kedudukan Sang Raja ketiga Majapahit itu tidak bisa dilepaskan dari peran Sang Ibu, Gayatri Rajapatni.

Ketika Jayanegara meninggal, maka dari tokoh yang ada di lingkungan kerajaan Majapahit saat itu sebenarnya yang paling berhak menjadi raja adalah Gayatri. Tetapi karena ia telah memutuskan untuk melepaskan diri dari segala aktifitas duniawi, maka takhta ia sematkan ke putrinya.

Ketika Gayatri meninggal, Tribhuwana Tunggadewi pun menanggalkan takhtanya, karena ia merasa hanya menjadi wakil atau pengganti ibundanya. Maka ketika Gayatri meninggal takhta Majapahit diturunkan ke Putra Tribhuwana Tunggadewi yang sekaligus cucu Gayatri, Hayam Wuruk.

Menurut situs Vredeburg.id, 03 September 2020, Gayatri adalah perempuan dibalik ideologi Mahapatih Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara, menyatukan seluruh negeri tetangga menjadi satu federasi. Hal itu merupakan sebuah cita-cita dari ayahnya, Kertanegara, yang belum tercapai.

Begitulah, dibalik besarnya kerajaan Majapahit yang dikenal dengan tokoh-tokoh dari kaum pria ternyata juga ada kontribusi dari kaum hawa yang tidak dapat dinafikan. Dibalik pria yang hebat ada wanita yang hebat. Kata-kata itu sepertinya berlaku untuk sepanjang peradaban...I]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun