Jika kita belajar sejarah Indonesia, pastilah tidak bisa lepas dengan kerajaan terbesar di nusantara yang mana daerah kekuasan, taklukan, atau pengaruhnya hampir sama dengan daerah negara Indonesia modern saat ini. Kerajaan apakah itu? Benar, Majapahit.
Berbicara kerajaan Majapahit, ternyata ada budaya unik pada kerajaan yang berpusat di daerah Jawa Timur itu. Pada kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya sekitar tahun 1293 Masehi itu ternyata ada banyak tokoh-tokoh besar yang namanya diambil dari nama-nama binatang. Wah benarkah?
Hayam Wuruk. Sejarah mencatat Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Hayam Wuruk dengan didampingi patih yang terkenal, Gajah Mada.
Benar. Bahkan zaman keemasan Majapahit juga tidak lepas dari dua tokoh besar yang namanya juga diambil dari binatang, Gajah Mada danNama Hayam Wuruk berasal dari dua kata, Hayam yang berarti Ayam dan Wuruk yang artinya terpelajar. Jadi Hayam Wuruk artinya adalah Ayam yang terpelajar. Hayam Wuruk adalah putra Raja Ketiga Majapahit, Tribuhana Tungga Dewi dan Sri Kertawardhana.
Sedang Gajah Mada berarti gajah yang tangkas cerdik atau energik. Gajah Mada terkenal dengan Sumpah Palapa, yaitu semacam tekad atau janji politik untuk menaklukkan daerah-daerah di nusantara. Beberapa sumber menyebut kan Sumpah Palapa diucapkan Gajah Mada pada saat dilantik menjadi Patih Amungkubhumi Majapahit pada era Ratu Tribuhana Tungga Dewi sekitar tahun 1336 Masehi.
Pada masa awal-awal berdirinya kerajaan Majapahit juga tidak lepas dari tokoh besar yang bernama Lembu Sora. Lembu berarti sapi. Lembu Sora merupakan orang dekat Raden Wijaya sejak peperangan dengan Kerajaan Glang Glang yang menduduki Singashari sampai mengusir tentara Mongol dan mendirikan Majapahit. Singashari adalah kerajaan sebelumnya di Jawa Timur yang trahnya berlanjut sampai Majapahit.
Nama Lembu Sora menuai kontroversi setelah membunuh temannya sendiri yang bernama Kebo Anabrang ketika menumpas pemberontakan Ranggalawe. Kebo berarti Kerbau.
Ranggalawe adalah keponakan Lembu Sora yang juga tokoh besar dalam berkontribusi pada pendirian Majapahit. Pemberontakannya diawali dengan sikap tidak setuju karena Raden Wijaya mengangkat Nambi menjadi patih. Menurut Ranggalawe Lembu Sora lebih pantas dari pada Nambi. Ia pun pulang ke Tuban. Intrik selanjutnya menjadikan Ranggalawe dianggap memberontak.