Berkaca dari peristiwa itu, sukses tidaknya vaksinasi ternyata bukan karena faktor pendidikan. Tidak hanya orang yang berpendidikan rendah, yang berpendidikan tinggi banyak juga yang menolak karena berbagai alasan.
Jadi sukses tidaknya vaksinasi sepertinya tidak bergantung pada tingginya pendidikan, tetapi tingginya kesadaran. Jika kesadaran belum muncul maka ada cara efektif seperti zaman orde baru dulu, pendekatan dengan tekanan terselubung: yang menolak diminta untuk membuat surat pernyataan dan tanda tangan. Dan terbukti sukses, setidaknya di tempat kerja saya.
Itukan bagi yang berpendidikan tinggi dan bekerja di kantor? Bagaimana dengan orang-orang yang tidak di kantor dan berpendidikan rendah?
Hal itu bisa dilakukan dengan sosialisasi seperti model Penataran P4 pada zaman orde baru dulu. Saya masih ingat dulu orang-orang desa pun bisa mengikuti penataran ini, meskipun berpendidikan rendah dan dari berbagai kalangan dan latar belakang sosial.
Inti dari suksesnya vaksinasi adalah pada kesadaran warga. Dan jika itu belum bisa ditumbuhkan, cara-cara sedikit instruksional ketat seperti zaman orde baru dulu bisa menjadi pilihan.
Ah dengan masyarakat yang masih belum banyak yang sadar, sepertinya jika vaksinasi ini terjadi saat era Presiden Suharto dulu, mungkin akan lebih berhasil. Tidakkah demikian...?I]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H