Sampai pada titik ini dengan begitu banyak kemudahan dan lazim digunakan pada kehidupan sehari-hari baik pada urusan kantor maupun guyonan, WhatsApp menjadikan bagian dari budaya per pesanan kita. Apalagi dalam masa pandemi yang membutuhkan informasi secara daring lebih banyak.
Rasanya saat ini tidak bisa dibayangkan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang terbiasa berkomunikasi dengan smartphone untuk tidak menggunakan WhatsApp yang secara umum sudah begitu melekat.Â
Menguninstall dan mengganti dengan aplikasi lain perkara mudah, tetapi membentuk semua masyarakat on line yang sudah 83 persen memakai WhatsApp bukanlah perkara gampang.Â
Gerakan migrasi dengan jumlah sebesar itu secara bersamaan bukanlah sesuatu hal semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi banyak ajakan untuk tidak memakai WhatsApp tetapi disebarkan dengan media WhatsApp, ironis.
Bukannya hal itu tidak mungkin dilakukan, tetapi butuh waktu dan mungkin ke samaan bahasa. Lebih efektif lagi jika pemerintah ikut di dalamnya. Misalnya negara kita meluncurkan perpesanan produk kita sendiri yang kompatibel dan bagus, lalu semua diharuskan memakai. Tetapi sekali lagi itu semua butuh proses, waktu, dan kerja keras.
Jadi, Say No To WhatsApp? Rasanya sih agak ragu itu bisa terjadi di Indonesia dalam waktu sekarang....I]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H