Pada masa Julius Caesar namanya dimasukkan kedalam nama bulan menggantikan Quntilis. Dan pada masa kaisar Augustus namanya juga dimasukkan menggantikan Sextilis. Maka jadilah bulan-bulan seperti sekarang.
Kalender yang disusun Julius Caesar ini sudah nyaris sempurna, tetapi ternyata Sosigenes, ahli hitungnya terlalu lambat 11 menit 14 detik dari pada kala revolusi bumi sesungguhnya. Keterlambatan ini menyebabkan setiap 128 tahun Julian Calender akan terlambat 1 hari. Sehingga pada tahun 1532 titik balik matahari datang 10 hari lebih cepat dari perhitungan kalender Julian.
Untuk menyempurnakan kalender tersebut lahirlah dekrit untuk mengubah kalender yang rekomendasinya ditandatangani oleh Paus Gregorius XIII. Sekaligus menetapkan tahun baru umat kristiani tanggal 1 januari.Â
Sebelum ketetapan tersebut biasanya umat kristen memperingati tahun baru tanggal 25 Maret, hari di mana 'Tuhan' diangkat ke langit. Dekrit itulah yang melahirkan kalender Gregorian, kalender umum yang dipakai secara internasional sampai dengan sekarang.
Begitulah, dalam sejarahnya tahun baru ditetapkan tanggal 1 Januari karena untuk mempermudah perhitungan hari dan penanggalan. Tidak ada peristiwa atau kejadian istimewa yang berada dibaliknya. Mitologi dan pergeseran budayalah yang memunculkan pesta dan perayaan yang diikuti orang-orang kemudian. Lalu akhirnya, apakah hanya karena 'ben podo karo kancane' kita terus saja ikut-ikutan hura-hura tanpa tahu kemana ujung pangkalnya...?I]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H