Mohon tunggu...
Widoko
Widoko Mohon Tunggu... Guru - Menyukai semua hal yang inspiratif

Pernah menimba ilmu di Yangzhou University, China

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Presiden Saja Jadi Youtuber, Masa Anak Kamu Enggak Boleh Sih?

4 Oktober 2020   21:43 Diperbarui: 4 Oktober 2020   21:53 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canal Youtube Kaesang Pangarep Putra Jokowi (Sumber: solopos.com)

Sejalan dengan bumi yang terus berputar, kebudayaan manusia pun terus berubah. Begitu juga dengan dunia penerus manusia, yaitu dunia anak-anak.

Jika pada era 80 an dan 90 an dulu anak-anak begitu menggandrungi sandiwara radio, pada era sekarang ini anak-anak seperti tak pernah bisa lepas dari media daring atau internet. Keberadaan smart phone yang terjangkau oleh berbagai lapisan dan akses internet yang mudah terjangkau sampai ke pelosok menjadikan anak - anak tidak asing dan bahkan kecanduan akan kegiatan yang bersifat online. 

Keberadaan orang tua yang sibuk dan anak-anak yang tanpa teman, menjadikan smartphone dengan akses internet teman tak terpisahkan dalam kesehariannya. Maka anak-anak sekarang banyak sekali yang lebih pandai dari pada orang tuanya ketika berselancar di dunia maya. Maka mereka pasti lebih lihai dalam mengakses portal-portal online dan aplikasi semisal game online, tiktok, instagram dan youtube. 

Maka jika ditanya tentang apa cita - cita mereka, menjadi youtuber sangat mungkin sekali saat ini bisa menjadi pilihan. Saat penulis bertanya pada suatu kelas setingkat Sekolah Menengah Atas, ada anak yang mengaku menjadi youtuber adalah cita-citanya.

Cita-cita menjadi youtuber mungkin aneh bagi orang tua, tetapi bagi generasi muda hal itu bisa jadi sangat disukai dan menggiurkan. Disamping mengekspresikan diri, pundi-pundi uang bisa mengalir dalam besaran jutaan bahkan miliaran setiap bulan. 

Maka tak heran jika saat ini banyak sekali youtuber - youtuber muda yang eksis di dunia maya. Bahkan Putra Presiden Jokowi yang ketiga, Kaesang Pangarep, juga dikenal sebagai seorang youtuber. Jika anda mengakses laman Wikipedia, Pekerjaan Putra Bungsu Presiden Jokowi ini ditulis disana sebagai seorang youtuber pada urutan pertama. Setelah itu baru disebutkan sebagai pengusaha, penyanyi, aktor, dan narablog.

Untuk diketahui, Kaesang Pangarep saat ini eksis di Youtube dengan kanal bernama Kaesang. Ia terdaftar sejak tahun 2013 dan aktif mengupload konten vlog sejak 2016. Sampai saat ini ada sekitar 30 video yang diupload Kaesang. Adapun subcribernya saat ini sekitar 1,06 juta.

Lalu jika Putra orang nomor wahid di Indonesia saja menjadi youtuber, apakah salah jika putra - putri kita menjadi youtuber?

Jika yang dipikirkan adalah pendapatan, sungguh eksis di Yuotube sebagai Youtuber sangat berpotensi untuk mendapatkan pundi-pundi menggiurkan. Bahkan sampai miliaran rupiah dalam satu bulan. Dilansir Kompas.com, 22 Juni 2020, Youtuber Indonesia yang berpendapatan paling banyak saat ini adalah Baim Wong dan Paula. Pendapatannya diprediksi antara sekitar 830,20 juta sampai dengan 13,29 miliar per bulan. 

Sedang menurut media yang sama, Youtuber paling banyak pengikutnya di Indonesia adalah Atta Halilintar dengan Subcriber pada saat itu sekitar 23,8 juta. Adapun penghasilannya diprediksi berkisar antara 385 juta sampai dengan 6,16 miliar rupiah. Disamping itu ada youtuber - youtuber Indonesia lain yang berpenghasilan selangit misalnya seperti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Deddy Corbuzier, Andre Taulany, Ria Ricis, Gen Halilintar, Arif Muhammad, Entis Sutisna atau Sule, serta Anang dan Ashanty. Semua youtuber itu penghasilannya diprediksi ratusan juta hingga miliaran rupiah per bulan.

Tetapi berkreasi di Yuotube bukan semudah membalik telapak tangan. Hampir sebagian besar youtuber terkenal di Indonesia berangkat dari orang terkenal, baik itu artis maupun anak pejabat. Ada juga yang berasal bukan dari artis, seperti Atta Halilintar dan Keluarganya, Gen Halilintar. Tetapi mereka bisa terkenal karena memiliki keunikan dalam keluarganya.

Kata kunci di youtube adalah menarik orang untuk melihat. Maka jika ingin menjadi youtuber dan bukan dari orang dan keluarga yang terkenal, yang harus dibangun dulu adalah sebuah karya atau konten berkualitas dan menarik. Jika tanpa konten yang berkualitas, maka yang muncul adalah konten - konten kontroversial yang hanya menghebohkan tanpa kualitas. Misalnya apa yang dibuat oleh youtuber Ferdian Paleka yang menghebohkan publik nasional karena sembakonya yang berisi sampah kepada waria. Atau jika tidak maka akan berisi konten-konten yang berbau vulgar.

Resiko dari youtuber pemula dari kalangan yang kurang terkenal adalah minimnya viewer, apalagi subcriber. Maka menurut penulis menjadi youtuber untuk pemula tidak bisa dijadikan cita - cita utama. Youtube lebih pas sebagai media untuk menyiarkan dan menyebarkan bakat atau kepiawaian atau keahlian dalam suatu bidang yang ditekuni. 

Dalam hal ini anak tetap bisa bercita-cita berprofesi seperti orang kebanyakan, youtube bisa digunakan sebagai medianya. Misalnya anak tetap bisa bercita-cita sebagai dokter, youtube bisa dijadikan media untuk mengedukasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Atau jika ada anak yang bercita-cita ingin menjadi programer misalnya, youtube bisa dijadikan wahana untuk mengedukasi masyarakat yang ingin tahu seputar pemrograman dan sebagainya. Intinya gunakan youtube sebagai wahana untuk menebarkan ilmu, adapun jika ada penghasilan dari sana anggap saja sebagai bonus.

Dan akhirnya, jika memang nantinya penghasilan itu tidak didapatkan, jika ilmu yang kita tebarkan melalui youtube bermanfaat semoga menjadi amal jariyah yang tidak akan terputus saat ajal menjemput kelak. Setuju tidak...?I] 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun