Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Perut Xela

24 April 2024   23:07 Diperbarui: 24 April 2024   23:11 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Makhlum, dua tahun pasca pandemic Covid 19, anak-anak sekolah baru bisa los belajar secara of line, tatap muka, dan lepas masker. Hubungan sosial anak baru tampak adanya sebersit persoalan. Sekecil apapun persoalan tidak bisa dianggap remeh. Seperti persoalan Xela. Sekolah ini bisa menjadi viral jika ada berita seorang siswa bunuh diri jatuh dari gedung sekolah lantai tiga. Waah ... mengerikan.

 " Saya tidak terima, anak saya dikatai seperti itu, Pak Anton. Sama saja artinya suatu pukulan bagi saya sebagai orang tua dan juga anak saya. Pantas saja putri saya mengamuk. " ketus mama Xela di ruang tamu sekolah, sebelum pulang dari sekolah.

 " Tolong pertemukan saya dengan orang tua Revo besok pagi. Saya akan meminta tanggung jawabnya, jika tidak bisa meminta maaf, saya proses ke jalur hukum. " kata Mama Xela dengan nada keras.

Saya mendengarkan dengan seksama dan dalam tempo lama untuk mampu menyelami hati Mama Xela. Ternyata Xela gadis pendiam dan pemalu itu telah ditinggalkan papanya semenjak berusia 5 tahun, meninggal karena serangan jantung. Sekarang Xela berumur 11 tahun, jadi sudah 6 tahun hidup tanpa ayahnya. Semenjak hidup tanpa papanya, Xela semakin kurang percaya diri, apalagi tampil di depan umum. Padahal Xela memiliki talenta atau bakat menyanyi dengan suara emasnya. Namun Xela tidak pernah mau tampil mewakili sekolah dalam ajang perlombaan menyanyi solo. Begitu juga mamanya selalu memberikan alasannya karena akhir -- akhir ini Xela selalu teringat akan sosok papanya yang suka memanjakan dan menghibur melalui dongeng nina bobo sebelum tidurnya.

 Sepulang dari sekolah, saya mulai berpikir. Menyusun rencana dan strategi dalam menghadapi pertemuan kedua orang tua murid besok pagi di ruang tamu sekolah. Apa yang bisa saya buat ? Saya ingat pembelajaran Bahasa Indonesia. Gunakan rumus 5 W dan 1 H atau pertanyaan adiksimba ( apa, di mana, kapan, siapa, mengapa dan bagaimana ) untuk merumuskan kejadian. Rumusan kalimat sudah saya susun semalaman dan siap mempertemukan ke dua orang tua Xela dan Revo.

***

Matahari muncul di balik gedung apartemen. Rona emas langit menandakan malam telah berganti pakaian. Jarum cahaya menembus jendela kaca. Pagi itu tepatnya pukul 06.00 aku sudah berada di ruang kantor sekolah yang bersih dan rapi. Sederet aktivitas telah menunggu. Kuletakkan laptop dan Hp di atas meja. Di ruang kantor itu aku masih duduk sendirian, belum ada teman datang. Makhlum datang lebih awal agar tidak berjibaku dengan macetnya lautan motor yang tumpah di jalan raya. Sambil menunggu doa pagi bersama rekan-rekan guru, saya membuka WA mama Xela dan Mama Revo apakah sudah siap dengan pertemuan pagi ini.

" Selamat pagi, Pak Anton!" sapa Mama Revo dan Mama Xela bersamaan.

 " Selamat pagi, Mama Xela dan Mama Revo, mari silakan masuk. " jawabku mempersilakan masuk kedua orang tua ke ruang tamu sekolah.

 Pertemuan antar kedua orangtua siswa berlangsung dengan alot. Kronologi kejadian dari awal mula Revo yang menyebabkan kemarahan Xela hingga Xela mengamuk di kelas, memang disadari Mama Revo. Namun Mama Xela tetap tidak terima dan menuntut agar Revo diskor atau mengundurkan diri dari sekolah. Biarpun Mamanya Revo menanggapi dengan penuh hormat dan dengan bahasa yang santun meminta maaf kepada Xela dan mamanya. Ada yang menarik perhatian dalam pertemuan tersebut, di mana Revo memberikan hadiah boneka anime mirip papanya Xela sebagai ungkapan minta maafnya telah menghina Xela dengan kata-kata yang tidak semestinya. Xela dengan senang hati menerima hadiah pemberian Revo itu.

 Kejadian sederhana ini ternyata membawa berkah yang luar biasa. Selang beberapa bulan kemudian, Xela yang berusia 11 tahun itu berhasil melewati proses dan tahapan dalam perlombaan menyanyi dalam ajang perlombaan Got Talent dan menjadi juara di tingkat provinsi. Kemenangan itu membuat Xela memperoleh uang pembinaan belasan juta rupiah. Talenta dari Tuhan yaitu kemampuan untuk bernyanyi tanpa menggerakkan bibir atau sering disebut sebagai suara perut ( ventrilokuisme). Jadi, tampaknya bukan Xela yang bernyanyi, melainkan orang lain. Karena itu, dalam setiap penampilannya, Xela selalu ditemani boneka pemberian Revo yang mirip papanya, yang dijadikan teman duet dan penyemangat Xela untuk menghilangkan kegugupan dan rasa kurang percaya dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun