Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengantuk

17 April 2024   22:10 Diperbarui: 17 April 2024   22:17 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengantuk

Oleh: Widodo, S.Pd.

Perkenalkan nama saya Basuki. Saya mempunyai persoalan tiada hari tanpa mengantuk. Suatu hal yang paling menjengkelkan adalah soal mengantuk. Seperti misalnya, di  pagi -- pagi buta saya mengendarai sepeda motor dari Tangerang  menuju kota Jakarta untuk bekerja. Saya mengantuk di tengah perjalanan. Berbagai cara saya coba melawan rasa mengantuk. Seperti mengendarai sepeda motor sambil kemut permen dan bahkan berdoa, Ya Tuhan tolonglah saya agar tidak mengantuk di jalan. Tetap juga mengantuk. Tubuh ini terasa lemas mulai dari ujung kaki hingga kepala. Anehnya ada satu bagian tubuh yang malah kuat tegang. Burung di celana malah bangun. Seperti biasanya. Cara baik-baik mencegah kantuk tidak berhasil, apa salahnya saya gunakan cara tidak senonoh. Saya berhenti di pojok jalan yang sepi. Saya saksikan video adegan cabul pada handphone.

Secara medis saya sehat. Mengikuti anjuran dokter dengan cukup untuk ukuran waktu tidur,  olah raga, makanan  bergizi. Hasil medical cek up tidak ada tanda indikator perihal penyebab mengantuk.  Cara medis tidak ada tanda atau petunjuk, apa salahnya kalau cara non medis saya tempuh, " berguru." Banyak orang berguru datang ke padepokan Cukanggaling menginginkan kesaktian kebal senjata atau tahan bacok dan teropsesi menjadi centeng pasar Malabar, penguasa terminal Cimone, serta pemimpin gerombolan preman Tanah Kosong. Saya datang untuk keinginan remeh belaka, ingin kebal dari serangan kantuk, baik yang datang di pagi buta, siang bolong, bahkan di ujung malam.  

" Mengapa kamu punya keinginan kebal dari serangan kantuk ?" tanya guru padepokan dengan heran.

" Bukankah rasa mengantuk itu manusiawi ?" tanya guru lagi.

" Bagi saya mengantuk adalah musuh terbesar yang paling menjengkelkan. Menurunkan derajat kewibawaan di tempat kerja karena sering diejek. Bahkan harga mahal yang harus saya bayar karena ketahuan saya sering mengantuk  yaitu dipindahkan tempat kerjanya, bukan di tempat yang lebih dekat rumah. Eh malah semakin jauh dari rumah." kataku menjelaskan kepada guru. 

" Kalau menolak kantuk, kau bisa mampus !" kata Anas salah satu murid padepokan.

" Lebih baik mampus dari pada hidup selalu dilanda kantuk," kataku dalam hati.

Saya mencurahkan isi hati yaitu keinginan besar mengusir soal mengantuk kepada guru dan Anas di tempat itu. Mengapa?

" Saya tidak ingin seperti tokoh  kelinci dalam cerita dongeng adu lari cepat. Kelinci yang jauh lebih cepat dalam hal berlari ternyata kalah sama kura-kura yang jalannya lambat, lantaran kelinci itu tertidur di tengah jalan. Saya juga tidak ingin seperti Santo Petrus murid  Yesus yang kuat seperti karang padas, namun tertidur juga pada saat diajak Yesus berjaga-jaga di tengah malam, menjelang sakratul maut. Saya ingin kuat melek seperti tokoh seorang permaisuri ke lima dari seorang raja yang konon memiliki cerita seribu satu malam. Permaisuri yang bisa bertahan hidup tidak seperti permaisuri lainnya. Saya ingin menciptakan banyak cerita dengan cara melawan kantuk. Itulah cita-cita terbesar saya,"   kata saya dengan penjelasan panjang lebar.

" Oh, baru kali ini ada seorang murid yang meminta ilmu kebal dari serangan kantuk, di zaman ini," kata sang guru.

Sesuai anjuran sang guru padepokan, saya dilarang mengendarai sepeda motor. Hanya boleh naik bus atau angkutan kota. Mulai saat itu saya terbiasa naik bus sekalipun harus bangun lebih pagi buta lagi dari hari-hari sebelumnya. Ada hal yang menyenangkan pada saat naik bus yaitu bisa beridiri berdesak-desakan dengen penumpang lain yang kebanyakan kaum perempuan. Uji nyali bagi saya yang selama ini takut macam-macam dengan perempuan.

" Eh, kita sudah lama sama-sama menanti bus di sini, tapi kita kok tidak pernah ngobrol." kata saya kepada salah seorang perempuan cantik, dengan nada gemetar.

Setiap kali saya tegur, dia diam saja.

" Eh, kalau boleh tahu, Mbak kerja di mana sih ?" Tanya saya lagi. Seperti biasanya pertanyaan seperti ini tidak dijawabnya.

" Eh, jika boleh tahu, di manakah sebenarnya rumah Mbak ini ? Setiap pagi Mbak selalu menunggu bus di sini sama-sama saya, tapi kok saya belum tahu rumahnya," tanyaku kepadanya untuk kesekian kalinya.

Seperti biasanya, perempuan itu diam saja.  Pengalaman saya didiamkan akhirnya saya perhitungkan. Dia akan diam, diam terus. Cara baik-baik, sopan, tidak berhasil. Apakah saya akan menggunkan cara yang lain, cara yang tidak senonoh. Oh, tidak. Saya kan sudah punya ajian kuat melek, melawan kantuk. Saya akan bawa dalam doa yang khusuk setiap malam. Selain rajin membaca buku motivasi, berkomunikasi, dan cara mendapatkan pasangan hidup.

Perempuan itu memang cantik. Seandainya tidak cantik pun saya tetap tertarik padanya. Apalagi dia memang cantik. Umurnya belum ada dua puluh lima tahun, tubuhnya langsing dan menarik sekali. Maka saya perjuangkan untuk mendapatkan cintanya.

Selang beberapa waktu, baru saya mendapatkan informasi dari seorang sahabat bernama Santos, bahwa perempuan itu bekerja di suatu perusahaan.

" Ada dua hal, pertama ketika seorang wanita memiliki masalah dengan suaminya, dia tiba-tiba membenci semua pria. Hal kedua, ketika seorang wanita menjadi kaya, dia merasa seperti dia tidak membutuhkan pria, " kata sahabat saya Santos, menjelaskan seorang perempuan yang selalu saya temui setiap pagi. 

" Tetapi ada masalah apa ya perempuan itu ?" pertanyaan saya berlanjut.

" Menurut cas cis cus tetangganya, suami dari perempuan itu umunrnya tidak panjang, selalu meninggal dunia setelah beberapa bulan menikah dengannya, " kata sahabat saya.

" Apakah sobat berani untuk menikahinya ?" pertanyaan sahabat saya kemudian.

" Oh, tentu, saya berani." jawab saya meyakinkan.

" Kalau begitu saya akan mediasi untuk berkenalan dengan perempuan itu," kata sahabatku Santos.

Benar, tidak lama kemudian kami berpacaran dengan perempuan itu, setelah suaminya meninggal dunia untuk keenam kalinya. Perempuan itu bernama Marsih.

" Mas Basuki, bila Mas mau menikahi saya, belajarlah tentang tokoh malaikat Rafael dan setan Asmodeus," pinta Marsih kepada saya.

" Baik, saya akan membaca dan mempelajari  seluruh kitab Tobit," jawabku kepada Marsih.

Mirip sekali isi kitab itu dengan kisah cinta saya terhadap Marsih. Cinta saya pada Marsih harus berhadapan dengan setan penunggu Marsih. Setiap malam saya mengadakan tirakatan, melawan serangan kantuk yang berat untuk kemudian mengusir setan penunggu Marsih yang hendak membawa korban meninggal dunia bagi para suami bahkan calon suaminya. Setiap  tidur malam, tanpa sadar saya dipindahkan tidurnya ke kamar lain, di lantai, bahkan pernah tidur di depan pintu. Sejak saat itu saya menyadari ada hal yang kurang beres. Berkat Tuhan dan kegigihan saya memiliki niat kebal terhadap serangan kantuk, al hasil saya berhasil menikahi Marsih dengan selamat dan berhasil mengusir setan dalam nama Yesus dan perlindungan malaikat Rafael.

                                                  -***-

             

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun