Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

TSG Hoffenheim, Klub dari Desa yang Masih Ingin Terus Bermimpi

26 Mei 2018   07:56 Diperbarui: 26 Mei 2018   08:08 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua berita besar yang datang dari kompetisi Bundesliga. Kompetisi yang diakui sebagai salah satu yang terbaik di Eropa tersebut musim ini menyisakan kisah menarik yang melibatkan Hamburger SV dan Hoffenheim. 

Kalau Hamburger SV harus mengalami pahitnya terdegradasi setelah 55 musim berkompetisi di Bundesliga, TSG Hoffenheim sedang menikmati mimpi indah usai lolos ke fase grup Liga Champions musim 2017-2018.

Artikel ini pun hendak menceritakan sekilas mengenai apa yang terjadi pada klub yang berasal dari desa tersebut. Sebuah klub ala tarkam, yang mengawali kiprah profesionalnya dari kasta kesembilan Bundesliga, tetapi musim depan berkompetisi di turnamen berisi para jawara dari ranah Eropa di Liga Champions Eropa.

Bagaimana awal mula mimpi Hoffenheim dirajut?

TSG Hoffenheim (selanjutnya ditulis Hoffenheim) termasuk klub dari zaman old yang dimulai pada 1899. Klub yang berasal dari pedesaan ini awalnya dibentuk dari proses merger antara klub gymnastic bernama Turnverein Hoffenheim (dibentuk pada 1899) dan Fuballverein Hoffenheim (dibentuk pada 1921), sekitar tahun 1945 usai berakhirnya Perang Dunia Kedua. 

Hoffenheim memulai kompetisi dari kasta kesembilan kompetisi Bundesliga, yang dikenal dengan Kreisliga A. Dibutuhkan waktu lebih dari 50 tahun lebih bagi Hoffenheim untuk mulai merasakan "perbaikan nasib" dengan menapak naik hingga akhir sekitar tahun 1996, Hoffenheim bisa berkompetisi di Versbandliga Nordbaden, kompetisi kasta kelima dari Bundesliga.

Masa depan Hoffenheim semakin tampak cerah ketika sekitar tahun 2000, seorang konglomerat bernama Dietmar Hopp, yang juga pernah memperkuat tim muda Hoffenheim, menginvestasikan uang dengan segenap hatinya untuk memperkuat Hoffenheim. 

Suntikan dana segar dari Co-founder perusahaan perangkat lunak mulitinasional SAP ini pun berbuah manis, dengan lolosnya Hoffenheim satu tingkat pada tahun yang sama, sehingga Hoffenheim mulai berkompetisi di Oberliga Baden-Wurttemberg pada musim 2001-2002. 

Seluruh pihak yang terlibat dengan Hoffenheim pun semakin bersemangat. Apalagi ketika Hopp kembali menyuntikkan dana segar dengan sehingga ada 5.000 kursi baru terpasang di stadion, tepat pada peringatan 100 tahun klub, dengan mengundang Bayern Munich saat peresmian stadion. Hal yang menunjukkan betapa gairah besar ditunjukkan oleh Hopp dan semua orang yang ada di klub, untuk terus menapak naik dengan fokus utama lolos ke Bundesliga.

Jalan mendaki yang coba ditempuh Hoffenheim semakin menuju puncaknya usai Hoffenheim lolos ke Regionalliga pada musim 2001-2002. Prestasi yang diikuti meningkatnya animo fans yang datang ke stadion, dari 300-an fans, naik menjadi 600-an, dan melonjak menjadi 1.500-an penonton yang hadir menyemangati Hoffenheim setiap kali laga kandang.

Singkat cerita, masih dalam upaya menapaki tangga menuju Bundesliga, Hoffenheim mengontrak Ralf-Rangnick pada musim 2006-2007. Eks pelatih VfB Stuttgart, Hannover 96, dan Schalke 04 tersebut ditarget meloloskan Hoffenheim ke Bunsdesliga, dengan mendatangkan para pemain berkelas seperti Demba Ba, Carlos Eduardo, dan Chinedu Obasi. Target yang terpenuhi pada musim berikutnya (2007-2008) setelah Rangnick membawa Hoffenheim meraih mimpinya: lolos ke Bundesliga!

Dukungan fans tuan rumah saat Hoffenheim bertanding (www.t-online.de)
Dukungan fans tuan rumah saat Hoffenheim bertanding (www.t-online.de)
Apakah Hoffenheim berhenti bermimpi setelah mimpi yang dipendam selama 18 tahun itu terpenuhi? Tidak! Meskipun secara mengejutkan Rangnick meninggalkan Hoffenheim pada 2011, juga sempat mengontrak 6 pelatih yang berbeda hingga Februari 2016, Hoffenheim lalu menunjuk Julian Nagelsmann menjadi suksesor pada 11 Februari 2016. 

Pelatih termuda Bundesliga yang naik jabatan dari pelatih tim junior Hoffenheim itu lalu membuktikan racikan tangan dinginnya, dengan membawa Hoffenheim nyaris lolos ke Liga Champions pada musim 2016-2017. Hoffenheim yang lolos ke babak playoff setelah menempati peringkat ke-4 di klasemen akhir, harus menunda mimpinya lolos ke Liga Champions karena dikalahkan oleh Liverpool dengan skor agregat 3-6 (leg pertama 1-2, leg kedua 2-4).

Namun, hasrat untuk berlaga di Liga Champions terbukti tak pernah kendur. Musim ini, racikan strategi dari seorang Julian Nagelsmann sukses membuat Hoffenheim finish di posisi ke-4 Bundesliga, sebagai peringkat terakhir dari jatah tim-tim Bundesliga yang lolos langsung ke fase grup Liga Champions 2017-2018. Kemenangan atas Borussia Dortmund pada laga pamungkas Bundesliga (skor 3-1) meloloskan Hoffenheim ke turnamen paling bergengsi di Eropa tersebut.

Para pemain Hoffenheim merayakan gol ke gawang Dortmund (sportsglobe.co.uk)
Para pemain Hoffenheim merayakan gol ke gawang Dortmund (sportsglobe.co.uk)
Ya, tepat 10 tahun setelah pendukung Hoffenheim merayakan impian lolos ke Bundesliga, fans Hoffenheim kembali bersorak karena timnya secara resmi lolos ke Liga Champions musim 2018-2019. 

Menarik sekali untuk ditunggu seperti apakah kiprah Hoffenheim di turnamen antarklub se-Eropa tersebut pada musim depan. Melihat perjalanan klub yang begitu panjang dan sangat heroik, bukan mustahil jika Hoffenheim akan tampil mengejutkan para lawan di fase grup Liga Champions, yang baru akan diundi 30 Agustus 2018 mendatang. 

Sebagai tim debutan, Hoffenheim tentu akan membuktikan bahwa kelolosan mereka bukanlah sekadar kebetulan. Kehadiran Hoffenheim di Liga Champions juga bukan sebagai tim penggembira, tetapi sebagai tim yang siap mengejutkan para lawan yang akan bersua dengan Hoffenheim.

Hoffenheim menghadapi Liverpool di Playoffs Liga Champions musim lalu (Getty Images)
Hoffenheim menghadapi Liverpool di Playoffs Liga Champions musim lalu (Getty Images)
Saya pun berharap bahwa musim depan, mereka juga dapat menjadi penantang serius bagi upaya Bayern Munich untuk kembali menjadi kampiun Bundesliga. Mampukah Hoffenheim? Mengapa tidak, setelah apa yang mereka lakukan selama 28 tahun terakhir ini? Apalagi, Hoffenheim lolos ke Liga Champions usai mendepak Borussia Dortmund, salah satu kekuatan utama yang ada di Bundesliga, pertanda "klub desa" ini sama sekali tak minder kala berhadapan dengan klub-klub besar yang ada di Bundesliga.

Teruslah bermimpi, Hoffenhaim!

Referensi:

(1) | (2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun