Sepak bola Indonesia sedang membuat dunia menoleh. Untunglah kali ini menolehnya tidak disertai senyuman sinis, cibiran, atau kritikan di kolom olah raga media massa tertentu, menyoal sesuatu yang negatif dari sepak bola nasional. Hal yang bisa membuat kita menyeka keringat karena lelah membaca berita-berita negatif soal sepak bola nasional.
Nah, kali ini dunia menoleh karena apa? Pertama, kehebohan seorang Egy Maulana Vikri sejak dinyatakan bergabung dengan Lechia Gdansk, klub liga teratas di Polandia. Yap, di negeri berbendera putih-merah itu, fenomena seorang Egy Maulana Vikri sukses melonjakkan jumlah pengikut di akun Instagram klub barunya, membuat kapten tim kelabakan karena nomornya terancam dipakai oleh Egy, membuat Lechia Gdanks langsung berencana membuka toko di Indonesia, dan yang teranyar, sukses membuat salah satu klub Polandia, yakni Lech Poznan, kelabakan karena serbuan netizen merespons cibiran negatif yang ditujukan buat Egy.
Kedua, ketika salah seorang pemain asal Thailand mengaku terkesima dengan dukungan dan fanatisme pendukung sepak bola di Indonesia. Dukungan yang diberikan fans Persija Jakarta pada ajang AFC Cup, kabarnya cukup sukses membuat pemain asal Negeri Gajah Putih itu kepincut dan berkata, "Saya ingin bermain di Indonesia." Entah ia berbicara mewakili dirinya atau klubnya---ingin agar klub yang dibelanya sekali-kali menghadapi klub asal Indonesia---tetapi yang jelas, pemain itu "dipaksa" menoleh dan mengakui hal positif dari sepak bola dalam negeri kita. Dukungan positif juga diperlihatkan oleh media Fox Sports Asia, memuji aksi The Jakmania, julukan suporter Persija, saat memberi dukungan pada ajang Piala AFC beberapa waktu lalu. Berita positif ini tentu melegakan, setidaknya dapat menetralisir "aura negatif" yang sempat muncul usai sebagian oknum The Jakmania melakukan tindakan tak terpuji di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) beberapa waktu lalu.
Sepak Bola Nasional Menggeliat, Sang Ketum Malah Sibuk Sendiri
"Kan masih ada Wakil Ketua atau pengurus lainnya?"  mungkin ada yang menimpali seperti itu. Beda! Hal ini mirip dengan ketika saya masih kecil dan bertanding basket, tetapi Ayah saya tak pernah hadir memberi dukungan. Jangan pernah sebut sosok lain, sekalipun sama-sama menonton, karena kehadiran seorang Ayah akan berbeda dampak psikologisnya bagi seorang anak yang bertanding di arena olah raga. Saya hanya berharap, semoga ke depan tidak ada lagi Ketua Umum PSSI atau cabang olah raga lainnya, nyambi  menjadi calon kepala daerah atau jabatan lainnya.Â
Akhirnya, mari kita doakan mulai 2018 ini, hal-hal positif lebih sering mendominasi pentas sepak bola nasional, supaya dunia tak hanya menoleh untuk sekadar melirik, tetapi suatu saat dunia akan melotot karena "tak percaya" bahwa kiprah sepak bola Indonesia bisa benar-benar mengejutkan jagat sepak bola internasional. Tentu saja dengan prestasinya, masa dengan WAG's-nya. Sekalipun untuk WAG's dari para pesepak bola Liga 1 bagus juga jika sekali-kali diulas, karena pasti tidak kalah cantik dibandingkan WAG's dari para pesepak bola Eropa. Setuju? (WAG's = Wife And Girlfriends)
Bravo sepak bola nasional!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H