Pengalaman tak bisa dibohongi. Itulah kesan yang saya dapatkan saat melihat dua finalis Liga Champions Eropa musim 2016-2017 lolos dari Babak 16 Besar. Real Madrid sukses mengandaskan tim super kaya Paris Saint-Germain (PSG) pada Rabu dini hari kemarin (7/3), sedangkan Juventus dengan gagah perkasa menaklukkan Tottenham Hotspur sehari setelahnya, tepatnya Kamis dini hari tadi (8/3). Hebatnya lagi, kemenangan dua tim tersebut terjadi di markas lawan!
Sekarang, mengapa PSG dan Tottenham Hotspur tega-teganya saya sebut "tim kemarin sore"? Jawabannya, karena dua tim tersebut memang "bukan siapa-siapa" di kompetisi sekelas Liga Champions! PSG memang tim super kaya, dengan pembelian senilai lebih dari 400 juta Euro hanya untuk mendatangkan Neymar dan Kylian Mbappe.
Namun fakta bahwa Real Madrid jauh lebih berpengalaman dan matang di ajang Liga Champions tak bisa dibohongi. Neymar sendiri tak bisa berlaga, karena masih cedera, ketika timnya ditaklukkan Real Madrid dengan skor 2-1 pada legkedua. Ia hanya bisa menyaksikan timnya tersingkir, tanpa bisa berbuat apa-apa. Kasihan!
Arrigo Sacchi, eks pelatih legendaris Italia bahkan menyebut PSG sebagai tim yang lemah, sehingga "dengan mudahnya" disingkirkan Real Madrid dan gagal melaju ke Babak 8 Besar.
"Madrid menghadapi tim yang sangat lemah. PSG itu cuma sekumpulan individu, tetapi miskin ide. Namun, ide-ide tak bisa dibeli. Saya berpikir saya akan melihat sebuah tim PSG yang tampil dengan sungguh-sungguh, tetapi berakhir dengan melihat Real Madrid bermain seperti sambil merokok (ungkapan yang mengartikan penampilan Real Madrid cukup santai) ," ujar eks pelatih yang juga membawa AC Milan memenangi Piala Champions (sebelum berganti nama menjadi Liga Champions) kepada Mediaset.
Tottenham Hotspur juga setali tiga uang. Meskipun tampil dominan sepanjang pertandingan dengan 23 tendangan (6 kali on-target dan 1 kali membentur tiang gawang)--bandingkan dengan Juventus yang hanya punya 3 kali tendangan on-target dari 9 upaya percobaan--tetapi pengalaman Juventus tak bisa dibohongi. Mereka bertahan dengan cukup baik, ditambah ketepatan strategi pergantian pemain yang dilakukan Allegri saat memasukkan Kwadwo Asamoah dan Stephan Lichtsteiner, akhirnya sukses menyungkurkan Spurs di hadapan para pendukungnya. Skor akhir 2-1 (agregat 4-3 untuk Juventus) pun mengandaskan asa Harry Kane, dkk untuk melaju ke Babak 8 Besar Liga Champions Eropa musim 2017-2018.
Gonzalo Higuain, pencetak gol pertama Juventus, jelas lebih berpengalaman di Liga Champions dibandingkan dengan Harry Kane, Son Heung-Min, atau Christian Erriksen. Belum lagi jika kita menyebut sosok Gianluigi Buffon, yang sudah lebih dari satu dekade mengawal gawang Juventus menghadapi puluhan klub dari berbagai negara.
Sekalipun Buffon belum berseragam Juventus ketika "Bianconeri" menjuarai Liga Champions 1996, tetapi Buffon setidaknya tampil tiga kali pada laga puncak turnamen antarklub Eropa paling bergengsi tersebut, tepatnya pada 2003, 2015, dan 2017. Sekali lagi, pengalaman berbicara jelas!
Tak dipungkiri, PSGÂ dan Tottenham Hotspur memang "belum terlihat" di ajang sekelas Liga Champions Eropa. Lihat saja daftar tim pengangkat trofi "Si Kuping Besar" dan daftar koleksi trofi dari tim-tim yang pernah menjuarai Liga Champions Eropa pada situs ini, maka dua tim tersebut memang tidak pernah muncul di sana. Jangankan mengangkat trofi juara, tampil sebagai finalis pun belum pernah!
Dua tim yang diperkirakan menjadi kekuatan baru, sekaligus dapat mendobrak dominasi tim-tim lain yang sudah berpengalaman di pentas Liga Champions tersebut, justru masih kalah dengan Benfica, Panathinaikos, Leeds United, AS Saint-Ettiene, bahkan Malmo FF, yang pernah berlaga sebagai finalis, meskipun terjadi pada zaman old! Perhatikan gambar di bawah ini, terutama yang diberi tanda "kotak merah".