Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membuang Sampah pada Tempatnya Jadi Resolusi Bersama 2018

2 Januari 2018   12:02 Diperbarui: 2 Januari 2018   19:38 3875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membuang sampah (Jabar Milenial)

Tak kurang dari 60 menit setelah 2018 dimulai, bersama istri saya berkendara dari Yogyakarta menuju Delanggu, tempat tinggal kami, sesuai mengikuti ibadah akhir tahun. Rute kami melewati Candi Prambanan dan Alun-alun Klaten, dua lokasi yang baru saja menjadi "tempat ngumpul" untuk merayakan pergantian tahun, dengan kepadatan massa yang di atas normal. Namun, kami melihat hal yang sama di dua lokasi, yakni sampah berserakan di sepanjang jalan dan sama sekali tak sedap dipandang. 

Sepintas kami melihat, kebanyakan sampah yang berserakan terdiri dari kertas koran bekas serta bungkus makanan dan plastik minuman. Tak sedikit pula bekas terompet yang dibuang begitu saja seusai ditiup tepat saat pergantian tahun. Sayang, kami tak sempat berhenti untuk sekadar memotret sebagai "barang bukti" supaya tulisan ini lebih meyakinkan.

Berita seputar sampah yang menumpuk seusai perayaan pergantian tahun, hingga siang ini atau setelah 36 jam keriuhan tahun baru berlalu, juga masih mewarnai laman berita online  dan media sosial, termasuk di grup Info Cegatan Jogja (ICJ) yang memuat soal keluhan soal sampah yang menumpuk di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Laman cnnindonesia.com (01/01/2018) juga mengangkat terobosan menarik yang dilakukan oleh pengelola Taman Impian Jaya Ancol terkait tumpukan sampah di Pantai Lagoon, Ancol. Para pengunjung dilibatkan untuk mengumpulkan sampah, dengan imbalan berupa uang untuk setiap kilogram sampah yang terkumpul. 

Apakah Anda ingin tahu berapa kilogram sampah yang menumpuk di satu kawasan saja? Lebih dari satu ton!Terobosan untuk melibatkan pengunjung memang patut diacungi jempol ke atas, tetapi sampah yang melonjak lebih dari 700 kilogram dibandingkan tumpukan sampah pada tahun sebelumnya, patut diberi jempol ke bawah!

Fenomena Sampah Menumpuk Selalu Berulang

Ilustrasi pengemudi membuang sampah di jalan raya (MobiLku.org)
Ilustrasi pengemudi membuang sampah di jalan raya (MobiLku.org)
Seingat saya, fenomena sampah yang menumpuk setiap kali pergantian tahun usai selalu berulang. Lokasi pun tak pandang bulu, mulai dari perayaan di pusat kota, di sekitar alun-alun, di pinggir pantai, di pusat perbelanjaan, di puncak gunung, dan lain sebagainya. Pelakunya pun masih sama, yakni "manusia-manusia primitif" yang belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya, karena tak paham pentingnya menjaga kebersihan bersama. Maaf jika saya harus menggunakan istilah ""manusia-manusia primitif" karena manusia modern, dengan daya nalar, logika, dan daya pikir yang semakin bagus, seharusnya semakin sadar akan kebersihan lingkungan. 

Alasan kurangnya jumlah tempat atau plastik sampah yang disediakan oleh pengelola tempat wisata, panitia acara tahun baruan, atau pemerintah setempat--atau siapapun pihak yang ingin dituding sebagai penyebabnya!--menurut saya tidak bisa dijadikan alasan yang tepat, sehingga orang bisa bebas membuang sampah sembarangan.

Sampai hari ini saya masih membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya. Kalau tidak ada tempat sampah bagaimana? Saya akan kantongi, masukkan dalam tas, atau dipegang sebentar, sambil mencari tempat sampah terdekat, lalu tinggal dilempar deh, ke dalam tempat sampahnya! (bukan dilempar di luarnya atau dilempar di selokan, lho ya!)

Saya kok sangat yakin bahwa tumpukan sampah setiap kali massa berkumpul, sebenarnya imbas dari kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, yang dimulai dari dalam rumah, ya? Sampai akhir 2017 lalu, masih melihat beberapa "manusia primitif" tadi, yang seenaknya membuang sampah di selokan atau di sungai, tanpa merasa bahwa tindakannya dapat membahayakan orang lain---kalau sampai terjadi banjir karena saluran air yang tersumbat! Saya pun beberapa kali masih melihat sampah menumpuk di pinggiran sawah, di pinggir jembatan, hingga di lahan kosong, yang bila dibiarkan maka volume sampahnya akan semakin menumpuk.

Belum lagi bila kita bicara soal sebagian pengendara, pengemudi, dan penumpang yang menjadikan jalan raya sebagai "kotak sampah besar" sehingga mereka seenaknya melemparkan sampah apa pun dari jendela mobil mereka atau sementara berkendara dengan sepeda motor. Apakah Anda juga melihat hal yang sama?

Menjadikan sebagai Resolusi Bersama pada 2018

Ilustrasi anak membuang sampah (liswantipertiwi.com)
Ilustrasi anak membuang sampah (liswantipertiwi.com)
Sukar rasanya jika harus menuntut orang lain memiliki kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Mungkin membiasakan hal ini akan membutuhkan waktu puluhan tahun, tergantung sejauh mana kecepatan manusia zaman now  menyadari pentingnya menjaga kebersihan dan menjadikan sebagai budaya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kita akan selalu bisa memulainya dari diri sendiri, lalu berharap orang lain mulai "tertular" oleh kebiasaan baik tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun