Sejak perannya dalam film Railroad Tigersdan Kungfu Yoga, yang menurut saya cukup bagus, kemunculan aktor Jackie Chan dalam film-film terbaru lainnya masih saya tunggu. Selain cukup ngefans dengan pemeran Wong Fei Hung dalam The Legend of Drunken Master (1994),saya penasaran dengan apa yang akan Jackie tampilkan dalam usia yang tidak muda lagi.
Ya, bagi seorang dengan usia 63 tahun, tentu tak bisa lagi bermain film laga dengan adegan pertarungan atau adegan aksi layaknya aktor berusia 20-40 tahunan. Terlahir dengan nama asli Chang Con San pada 7 April 1954, Jackie Chan memang telah membintangi puluhan judul film, termasuk Kungfu Yogayang tayang pada awal 2017 lalu dan yang terbaru berjudul The Foreigner,yang masih tayang di beberapa bioskop yang ada di Indonesia.
Sejak melihat trailer-nya, seperti biasa, bersama istri, saya langsung mematok rencana, "Kita harus menonton!"  Benar, tak butuh waktu lama, hanya tiga hari berselang setelah tayang perdana, kami pun terlihat berlari kecil menuju pintu masuk Studio 1untuk menonton, karena kami hampir terlambat. Secara umum, kami puas dengan penampilan Jackie Chan dalam The Foreigner,dimana ia beradu akting dengan Pierce Brosnan. Aksi pertarungannya memang tak lagi seheboh film-film sebelumnya seperti New Police Story, Chinese Zodiac, apalagi The Drunker Master,tetapi adegan pertarungan "ala Jackie Chan" yang biasanya serius, santai, tapi ada unsur humornya, masih dapat kita saksikan dalam film The Foreigner. -> Tenang aja kawan!
Sekilas jalan cerita The Foreigner
The Foreignerbercerita tentang seorang pengusaha restoran asal Vietnam bernama Quan Ngoc Minh (Quan) yang tampak sangat terpukul dengan kematian putrinya akibat ledakan bom yang dilakukan oleh teroris. Dalam kondisi terguncang, karena ia tak lagi punya keluarga, Quan mencoba mencari bantuan dari aparat berwenang hingga politisi bernama Liam Hennessey (Pierce Brosnan), yang diyakininya tahu mengenai siapa pelaku peledakan bom yang menewaskan putrinya tersebut.
Namun, harapan Quan terasa sia-sia, bahkan ia mulai merasa kesal karena orang-orang yang diharapkan dapat membantunya, seakan tak serius mengungkap kasus tersebut. Quan , yang sempat mendapat pelatihan dari miiliter Amerika Serikat, lalu turun tangan mengejar para pelaku. Ia pun tak takut mengejar dan menekan Hennessey, agar memberinya nama pelaku, supaya ia dapat mengejarnya dan menuntaskan dendamnya akibat kematian putri yang sangat disayanginya.Â
Tentu, upaya Quan tak berjalan dengan mulus karena ada banyak hambatan di dalamnya. Terkadang, Quan yang sedang galau berat  pun tak kuasa menahan amarahnya, sehingga ia terpaksa harus melakukan sesuatu untuk menarik perhatian Hennessey, salah satunya saat ia membuat ledakan kecil dari bom yang dirakitnya di toilet kantor Hennessey. Terlihat jelas bahwa Quan tak pernah lelah memburu orang-orang yang dianggap harus bertanggung jawab terkait kematian putrinya.
****
Dari sisi jalan cerita, film ini cukup bagus---saya beri nilai 7 dan maksimal 10. Memang aksi Jackie Chan tak lagi enerjik seperti 10-15 tahun lalu karena usia yang semakin menua, tetapi bukan berarti film ini tak disertai adegan perkelahian sekalipun porsinya tak cukup banyak. Namun, dari The Foreigner  kita dapat melihat "kelebihan lain" dari seorang Jackie Chan dalam memainkan ekspresi wajah dan gerak tubuhnya. Sebagai seorang ayah yang pernah kehilangan istri dan anaknya, dan akhirnya harus kehilangan putrinya, akting Jackie Chan menurut saya cukup sukses menggambarkan peran sebagai Quan. Kegigihannya mendapatkan nama pelaku pengeboman, juga kegesitannya dalam melawan para pemburunya di dalam hutan masih memperlihatkan sisa-sisa kehebatan Jackie pada zaman keemasannya.Â
Dua adegan terbaik dalam film ini, menurut saya, adalah saat Quan mendekap jasad putrinya di tengah reruntuhan bekas bomdan ketika terjadi peledakan bus di kota London,seperti terlihat pada dua gambar berikut:Â
Kritikan lain datang dari para netizen, khususnya yang berasal dari Vietnam terkait sosok Quan yang diperankan oleh Jackie Chan. Sosok Quan yang digambarkan seorang Vietnam, tetapi diperankan oleh Chan yang notabene dari etnis China, ditanggapi dengan cukup keras karena dianggap tidak pas. Apalagi, Vietnam dan China (Tiongkok) diketahui pernah memiliki hubungan politik yang buruk dalam sejarah perpolitikan kedua negara itu. (**)Â
Semoga kritikan di atas didengar dan diterima oleh tim produksi film, terutama Jackie Chan yang menjadi tokoh utama dari film aksi tersebut. Namun, secara keseluruhan film ini cukup bagus untuk ditonton, tetapi (lagi-lagi) para orangtua perlu berhati-hati agar tidak mengajak anak yang masih di bawah 17 tahun karena film ini menampilkan adegan seksual, sekalipun tak terlalu vulgar.Â
Nah, buat yang penasaran dan kebetulan di bioskop terdekat di kota Anda masih menayangkan film ini, buruan jadwalkan waktu untuk menonton sebelum film ini tergeser oleh film-film terbaru lainnya. Jangan terlambat supaya Anda tidak disetrap sama mbak-mbak manis penjaga pintu studionya, eh, maksud saya biar tidak ketinggalan cerita awal dari film ini. Kalau disetrap, trus ditemeninsama mbaknya, mungkin banyak penonton pria mau, termasuk Anda juga, kan? Hehehe...
Salam,
-wsp-Â
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H