Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Gawang Bobol 7 Kali, Bukan Hanya Salah Penjaga Gawang

8 September 2017   15:50 Diperbarui: 9 September 2017   10:26 4808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Quincy Kammeraad mendadak tenar setelah pertandingan Piala AFF U-18 semalam usai. Ya, kiper muda Timnas Filipina ini tertangkap kamera menampakkan wajah seperti menangis ketika diusir keluar lapangan akibat kartu merah langsung yang diterimanya pada injury time babak kedua. Pemain bernama lengkap Quincy Julian Boltron Kammeraad itu mungkin tak kuasa lagi membendung perasaan campur aduk dalam dirinya usai gawangnya dibombardir 7 gol oleh para pemain Indonesia.

Aksinya mencegah gol kedelapan pun harus berujung tragis, dengan diusirnya Quincy Kammeraad dari lapangan, dan timnya pun tetap harus kebobolan karena "kiper dadakan" yang menggantikan dirinya tak dapat menahan tendangan dua belas pas dari Rafli Mursalim. Kiper dadakan yang sejatinya bermain di posisi bukan kiper itu pun akhirnya harus "meringis" karena kebobolan satu gol lagi untuk menggenapkan kemenangan sensasional Timnas Garuda Nusantara menjadi 9-0!

****

Bicara tentang sepak bola, tentu berbeda dengan cabang olahraga lain seperti fustal yang lebih berpotensi menghasilkan banyak gol. Apalagi jika kita membandingkan dengan pertandingan bola basket yang bisa menghasilkan antara 20-30 angka dalam satu quarter atau 40-50 angka dalam satu babak (satu babak sama dengan dua quarter).

Jadi, jika dalam satu pertandingan sepak bola tercipta skor lebih dari 5-0, bisa dikatakan fantastis, bagi tim yang berhasil menggelontor jala kiper lawan sebanyak lima kali tersebut. Namun, bagi tim yang kalah, terlebih bagi kiper yang gawangnya dibobol lima kali (atau lebih!) Hal itu dapat menjadi "pukulan" yang cukup berat bagi sisi psikologis kiper tersebut.

Itu sebabnya, bisa dibayangkan bagaimana campur aduknya perasaan Quincy Kammeraad setelah gawangnya 7 kali dibobol oleh para pemain Indonesia. Apalagi pertandingan masih tersisa beberapa menit, dalam kondisi timnya terus digempur tiada henti dan, meminjam istilah Bung Valentino Simanjuntak, tanpa amnesty pula! 

Sang Kiper harus memutuskan apakah ia harus kebobolan untuk kedelapan kalinya---rekor yang tentu akan menjadi mimpi buruk seumur hidupnya sebagai kiper---atau harus menghentikan aksi pemain Indonesia, dengan risiko hukuman penalti ditambah kartu merah.

Piilihan terakhir diambil oleh Quincy Kammeraad, yang membawanya keluar lapangan dengan meneteskan air mata. Apalagi, ia masih harus menyaksikan timnya kebobolan dua gol lagi pada sisa waktu pertandingan. Menyesakkan!

Apakah kekalahan menyolok semata-mata kesalahan kiper?
Tentu sangat naif apabila publik Filipina lantas menudingkan telunjuk pada sang kiper, yang dianggap bertanggung jawab karena gagal menjaga gawangnya dari keganasan pemain Garuda Nusantara malam tadi. Ingat, sepak bola adalah permainan tim. Bebasnya pemain Indonesia berkeliaran di sekitar area kotak penalti Filipina, juga gencarnya tembakan demi tembakan yang mengarah ke gawang Quincy Kammeraad, sejatinya merupakan "andil" dari semua pemain Filipina.

Para pemain belakang tentu akan mengemban tanggung jawab lebih besar, sebagai palang pintu yang sedini mungkin mencegah para pemain lawan "menguji" gawang yang dijaga oleh temannya dengan tendangan-tendangan mematikan. Nah, pada pertandingan semalam, buruknya penampilan lini belakang yang ditempati oleh Lemark Unaba, Robert Lawrence, Clyde Rasonable, dan Marcel Ivan juga menjadi biang kerok dari bobolnya gawang Filipina sebanyak sembilan kali. Emangnya menjaga gawang itu gampang?

Pemain tengah dan penyerang juga tak bisa lepas tangan, karena mereka juga punya tanggung jawab untuk bertahan ketika bola beralih ke pihak lawan. Kemalasan pemain depan dan tengah untuk bertahan dapat menciptakan celah di lini tengah dan memudahkan pemain lawan untuk mengurung pemain belakang. Misalkan sebuah tim menggunakan pola 4-4-2 (plus 1 kiper), tak bisa dibayangkan jika 6 pemain terdepan emoh bertahan, maka tenaga dari 4 pemain belakang akan sangat terkuras dan gawang yang dijaga oleh rekannya juga sangat rentan untuk dibobol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun