Pertandingan semalam melawan Thailand sebenarnya sedikit berpihak pada Timnas Garuda U-22, yang dikenal jago bermain di lapangan becek. Kita tentu tak asing dengan lapangan becek dan sedikit banjir yang sering kali menggenangi lapangan sepak bola kita, mulai dari lapangan biasa di kampung, hingga lapangan untuk liga tertinggi di negara kita. Sayang sekali jika semalam para pemain kita pun gagal memanfaatkan "keuntungan" lapangan becek dan hanya bermain seri.Â
Padahal, beberapa tahun silam, Korea Selatan pun terbukti kesulitan dan kalah jago pada ketika digebuk 3-2 pada pertandingan basah-basahan di Gelora Bung Karno, Jakarta. Saat itu, Evan Dimas menjadi bintang dengan mencetak 3 gol, yang membawa Indonesia lolos. Namun, akhirnya saya tersadar bahwa mentalitas "seandainya" ini sebaiknya segera disingkirkan jika sepak bola kita ingin meraih prestasi lebih tinggi pada setiap kelompok usia.
Dalam sebuah turnamen, target yang dipatok sejak awal haruslah setinggi mungkin dan mengamankan poin penuh sejak pertandingan pertama, bisa dibilang sebagai suatu keharusan---sebaiknya jangan ditawar-tawar lagi! Cara berpikir "seandainya" ini kerap muncul sebagai suatu penyesalan, karena biasanya tim nasional kita sering melempem pada satu hingga dua pertandingan awal.Â
Model berpikir seperti ini masih bisa diterima jika kita berbicara kompetisi dengan jumlah pertandingan di atas 30 seperti ajang Liga 1, tetapi untuk turnamen pendek seperti kualifikasi Piala Asia, kualifikasi Piala Dunia, Piala AFF, atau Sea Games, hal itu tidak dapat diterapkan.
Saatnya fokus beralih ke Sea Games 2017
Kiprah Timnas Garuda U-22 di ajang Piala Asia memang sudah berakhir, tetapi tantangan baru sudah menghadang: Sea Games 2017! Seperti kita ketahui bersama, pada ajang Sea Games 2017 nanti, tim nasional Indonesia akan berada di Grup B (lagi-lagi) bersama Thailand, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Timor Leste.Â
Saya berharap Timnas Garuda muda bisa langsung tancap gas sejak pertandingan, bahkan setidaknya hingga tiga pertandingan awal, dengan target mengamankan 9 poin (atau setidaknya 7 poin). Sementara para grup A, tuan rumah Malaysia akan bertarung dengan Myanmar, Singapura, Laos, dan Brunei Darussalam untuk merebut dua posisi terbaik sehingga berhak lolos ke babak semifinal Sea Games 2017.
Posisi pertama tentu menjadi target maksimal yang sebaiknya dipatok sejak awal, supaya kalau "terpeleset", Indonesia tetap lolos ke semifinal karena posisi kedua sudah cukup aman untuk meloloskan Indonesia ke babak semifinal. Posisi Thailand dan Vietnam yang sedikit lebih diunggulkan pada grup B membuat Indonesia harus memastikan meraih angka penuh dari tiga lawan lainnya, dan berusaha tidak kalah menghadapi dua semifinalis SEA GAMES edisi 2015 itu.Â
Seperti kita tahu, pada ajang SEA GAMES sebelumnya, Thailand berjaya dengan merebut medali emas setelah mengalahkan Myanmar pada partai final. Sementara, Indonesia harus puas dengan peringkat keempat karena kalah pada partai perebutan medali perunggu setelah disikat Vietnam dengan skor sangat telak (5-0).Â
Alhasil, kerinduan untuk kembali meraih medali emas dari cabang sepak bola pun kembali harus tertunda. Ya, sejak 1991, timnas sepak bola kita selalu gagal meraih prestasi puncak pada cabang olahraga yang dianggap paling prestisius di Sea Games tersebut. Tak salah rasanya bila pada Sea Games 2017 ini, para pecinta sepak bola nasional berharap agar Indonesia dapat kembali menggigit medali emas, sekaligus menyampaikan pesan bahwa tim nasional Indonesia masih sanggup bersaing dan menjadi yang terbaik, setidaknya di tingkat Asia Tenggara.
Kegagalan pada kualifikasi Piala Asia U-22 tentu menjadi pelajaran berharga. Coach Luis Milla diharapkan dapat lebih memahami peta kekuatan tim-tim Asia Tenggara, termasuk partai melawan negara mana saja yang seharusnya dimenangkan karena alasan prestise alias harga diri.Â