Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Ini Buat Kalian yang Menyelepelekan Gigitan Emas Owi-Butet

18 Agustus 2016   12:01 Diperbarui: 23 Desember 2016   14:07 3868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gigitan Owi-Butet di Olimpiade Rio 2016 (ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Blake)

Sejak pukul 00.00 tadi malam, berita mengenai kesuksesan Tontowi Ahmad (Owi) dan Liliyana Natsir (Butet) meneruskan tradisi emas olimpiade sudah menghiasi berbagai laman berita online. Keberhasilan Owi-Butet mengalahkan ganda campuran Malaysia tepat pada peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-71 memang terasa sangaaaat manis, membanggakan, dan patut dirayakan!

Namun, pagi ini saya agak nggak terima membaca ada netizen yang menyepelekan keberhasilan Owi-Butet, dengan menganggap kalau bulu tangkis 'hanya' diminati oleh 10% dari penduduk dunia. "Dilihat dari akun-nya, orang itu pasti rakyat Indonesia, tapi kok bisa komentarnya nyinyir begitu ya?" ucap saya dalam hati. Nah, bertolak dari komentar ora nggenah itu, saya bermaksud untuk menulis 'sisi lain' dari keberhasilan Owi-Butet semalam.

Asal elu tahu ya (maksud saya 'si kawan' yang komentarnya nggak jelas itu) ...setiap atlet bulu tangkis yang berlaga di Olimpiade Rio 2016 bisa dibilang para atlet pilihan, yang permainannya konsisten berada di level teratas, dan teruji oleh waktu.

Asal elu tahu ya (kayak ungkapan yang sering muncul di sinetron) ...Owi-Butet dan para atlet bulu tangkis lainnya, sebelum berlaga di olimpiade, mereka telah lolos 'seleksi' menurut ketentuan Federasi Bulu tangkis Dunia (BWF) dan Komite Olimpiade Internasional (IOC), dengan cara (dirangkum dari situs):

  • Berjuang selama setahun antara 5 Mei 2015-1 Mei 2016 untuk menambah poin sebanyak mungkin lewat berbagai kejuaraan dan turnamen,
  • Harus menempati posisi 16 besar dunia pada akhir periode perhitungan poin,
  • Boleh sih menempati posisi 38 dunia, tapi nantinya negara yang diwakili hanya bisa kirim 1 atlet (1 pasang atlet untuk nomer ganda) untuk berlaga (peringkat 16 dunia boleh kirim dua atlet atau 2 pasang untuk nomer ganda),
  • Harus bersaing dengan ratusan pemain kelas dunia supaya di tahap akhir perhitungan poin bisa terhitung di antara 172 atlet yang dijatah untuk olimpiade,
  • Ambil bagian minimal dalam tiga turnamen yang diadakan oleh BWF terhitung mulai hari pertama perebutan poin.

Atau dengan kata lain, setiap pemain yang ingin rebutan medali di Olimpiade Rio 2016, jauh sebelum kejuaraan berlangsung, sudah harus mengerahkan semua tenaga, kecerdasan, plus strategi dengan memiilih turnamen mana saja yang diperkirakan bisa meraup poin maksimal. Ikut bertanding saja belum cukup karena kalau kalah terus atau gugur di awal turnamen atau kejuaraan ya percuma karena poinnya hanya nambah sedikit.

Trus... kalau sudah berhasil lolos ke Olimpiade, jangan senang dulu ...karena para atlet bulu tangkis seperti sedang me-restart kembali perjuangan mereka selama setahun. Keberhasilan lolos harus segera dilupakan karena harus berkonsentrasi dan berjuang untuk ajang yang sesungguhnya di Olimpiade.

Terkhusus bagi Owi-Butet, akhirnya setelah mencari poin selama setahun, saat Olimpiade digelar, mereka nangkring di posisi ke-3 dunia! Perjalanan mereka di Olimpiade Rio 2016 pun dimulai dari Fase Grup C dengan pertandingan perdananya melawan ganda campuran dari Australia. Kesiapan mereka sangat terlihat sejak laga perdana ini, dengan mengakhiri perlawanan ganda campuran dari Australia dengan sangat cepat (poin 21-7 dan 21-8).

Pertandingan selanjutnya, ganda campuran dari Thailand disikat 21-11 dan 21-13 kemudian pada akhir pertandingan Fase Grup, Owi-Butet mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia), lawan mereka di partai final, dengan skor 21-15, 21-11. Mereka pun melenggang ke perempat final untuk menghadapi sesama atlet Indonesia, Praveen Jordan-Debby Susanto.

Ungkapan 'tak ada kawan di atas lapangan karena semua harus dikalahkan' berlaku di partai perempat final yang dimenangkan Owi-Butet dengan skor 21-16 dan 21-11. Partai semifinal, dengan permainan yang semakin ciamik, Owi-Butet mengandaskan perlawanan ganda campuran nomor 1 dunia, Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok) dengan skor 21-16, 21-15.

Dan akhirnya ...pada partai final, partai emas, seperti kita ketahui bersama, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kembali mengandaskan perlawanan pasangan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia). Ganda campuran peringkat 11 dunia itu hanya mampu bertahan selama 45 menit sebelum akhirnya kalah dengan skor 21-14 dan 21-12.

Medali Emas untuk Owi-Butet = Medali Emas untuk Kontingen INDONESIA!!!
Menjelang akhir dari artikel ini, saya mau berkata:
"Setiap kemenangan, apalagi medali emas, di olimpiade adalah buah dari kombinasi antara perjuangan keras-konsistensi-daya juang-strategi-mentalitas yang luar biasa!" 

Jadi, kalau ada yang 'mengecilkan' keberhasilan mereka, dengan berbagai alasan atau argumen yang mantap sekalipun, bertobatlah! Anda belum tentu (atau malah kemungkinan besar) dapat berprestasi tingkat dunia seperti mereka. Mungkin untuk berprestasi tingkat kecamatan saja, belum tentu Anda mampu, kenapa harus mencerca sih? Kenapa sih Anda tidak bergembira saja dan menikmati kebahagiaan layaknya rakyat Indonesia lainnya? (Maaf masih baper gara-gara komentar ngawur tadi.)

Akhirnya.... terima kasih Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir karena telah memberi kado terbaik bagi Indonesia dan telah membahagiakan rakyat Indonesia. Kalian memang huebuat! Kalian luar biasa karena berhasil menggigit medali emas Olimpiade Rio 2016 tanpa kehilangan satu game pun!

Semoga keberhasilan ini melecut semangat para atlet lainnya untuk dapat berprestasi tingkat dunia pada masa mendatang. Semoga akan ada lebih banyak GIGITAN MEDALI pada kejuaran/turnamen lainnya untuk berbagai cabang olahraga antar negara. Amin!


Salam tepok bulu!
Salam olahraga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun