Mohon tunggu...
Wido Cepaka Warih
Wido Cepaka Warih Mohon Tunggu... Lainnya - Urip iku urup

Suka bertualang, pembelajar, pernah menjadi tenaga pendidik di pelosok dan pendamping pulau-pulau terluar, pemerhati masyarakat, isu sosial, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sore Itu Dua Ribu Enam Belas

18 Februari 2017   01:02 Diperbarui: 18 Februari 2017   02:20 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tapi kami saling mengerti arti kebersamaan

Toh nanti akan datang masanya

Sore itu dua ribu enam belas

Satu persatu mulai masuk ke peraduan, menelusuri jejak matahari terbenam

Menuju titik kisaran 1 cm di peta skala 1: 2.500.000

Sore itu dua ribu enam belas

Tidak terasa kami melalui ragam purnama dengan beragam cerita

Ketahuilah sahabat, hal apa yang paling membahagiakan sore itu

Ya, mendengar kabar dari kalian semua

Ada yang sedang menikmati senja di rumah peraduan di kota

Ada yang membersamai sabuk nusantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun