Mohon tunggu...
Wido Cepaka Warih
Wido Cepaka Warih Mohon Tunggu... Lainnya - Urip iku urup

Suka bertualang, pembelajar, pernah menjadi tenaga pendidik di pelosok dan pendamping pulau-pulau terluar, pemerhati masyarakat, isu sosial, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memetik Pembelajaran dari Masyarakat Pulau Terdepan Indonesia

11 Februari 2017   17:29 Diperbarui: 12 Februari 2017   11:48 1735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas ibu-ibu mengelupas kulit kacang tanah (Dok. Pribadi)

Upacara adat penyambutan tamu di desa Lamdesar Barat (Dok. Pribadi)
Upacara adat penyambutan tamu di desa Lamdesar Barat (Dok. Pribadi)
(4) Sekolah Kepemimpinan dan Pengembangan Diri

Tinggal bersama dengan masyarakat dalam jangka waktu tertentu dalam proses pendampingan merupakan sekolah kepemimpinan bagi fasilitator. Ada banyak dimensi kepemimpinan yang berkembang dari fasilitator seperti Facilitating for Change (mendorong orang lain untuk mencari kesempatan melakukan pendekatan-pendekatan yang berbeda dan inovatif dalam menghadapi masalah dan peluang; memfasilitasi terjadinya penerapan dan penerimaan perubahan di tempat kerja), initiation acting (aksi inisiatif), decision making (kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami isu, masalah serta peluang; membandingkan data dari berbagai sumber untuk menarik kesimpulan; menggunakan pendekatan yang efektif untuk memilih serangkaian tindakan atau menyusun solusi yang tepat; mengambil tindakan yang konsisten dengan fakta, keterbatasan dan konsekuensi yang ada) dan Building Positif Working Relationships (kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan hubungan kolaboratif untuk memfasilitasi pencapaian tujuan-tujuan kerja).

Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Dok. Pribadi)
Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Dok. Pribadi)
Wawancara bersama warga desa (Dok. Pribadi)
Wawancara bersama warga desa (Dok. Pribadi)
(5) Pemahaman Akar Rumput

Grass root understanding (pemahaman akar rumput) merupakan sebuah modal bagi setiap anak bangsa untuk memahami apa yang terjadi di tingkat paling bawah. Realitas dan kondis real yang terjadi dalam pergulatan kehidupan masyarakat khususnya di pulau-pulau kecil terluar. Menjadi seorang fasilitator merupakan sebuah kesempatan berharga untuk memahami dan mendalami geliat permasalahan yang terjadi di masyarakat. Diharapkan kita dapat menyerap sebanyak apapun yang dapat kita lihat dan rasakan atas realitas yang ada, sebagai dasar yang kuat untuk menjadi pemimpin di masa mendatang. Dengan pemahaman akar rumput, seorang pemimpin diharapkan dapat menyentuh sampai ke tingkat akar rumput.

Aktivitas ibu-ibu mengelupas kulit kacang tanah (Dok. Pribadi)
Aktivitas ibu-ibu mengelupas kulit kacang tanah (Dok. Pribadi)
Selain pendampingan sarana dan prasarana, fasilitator juga mengajak semua pihak untuk terlibat dalam mengelola sumber daya yang ada, salah satunya adalah potensi masa depan anak-anak di Pulau Larat melalui Gerakan Rumah Baca. Buku merupakan gerbang mereka untuk melihat dunia di luar sana. Sebagai inspirasi menggantungkan mimpi di sudut-sudut negeri setinggi langit menjulang. Mutiara yang akan menjadi harapan masyarakat di Pulau Larat. 

Rumah Baca dan Aksi Tepian Negeri di Pulau Larat (Dok. Pribadi)
Rumah Baca dan Aksi Tepian Negeri di Pulau Larat (Dok. Pribadi)
Pulau Larat merupakan surga yang tersembunyi dengan sejuta makna dan potensinya. Sebagai salah satu ikhtiar bersama yang mengajak kolaborasi segenap pihak, maka muncullah inisiatif untuk membuat wahana bercerita kepada dunia melalui laman http://pesonalarat.blogspot.com. Laman ini merupakan sebuah jendela untuk membuka ruang kepedulian akan Pulau Larat. Semoga niat dan ikhtiar baik ini menjadi aksi yang terus positif dengan keterlibatan lebih luas.

Menjadi seorang fasilitator bukan hanya bercerita mengenai bagaimana serunya mengarungi Laut Arafura dengan perahu ketinting, berceloteh riang bersama nelayan, atau menemani seorang nelayan rumput laut ketika sedang memerika long line budidaya, ataupun berbagi keceriaan bersama anak-anak negeri ketika senja menjelang di sebuah dermaga kecil desa di ujung timur pulau, tetapi sebuah proses pembelajaran tiada henti bersama kearifan masyarakat. 

Dari masyarakat di Pulau Larat, kita bisa belajar untuk lebih arif dan bijaksana dalam mengelola segala hal, belajar kearifan lokal dan budaya mereka, belajar untuk tetap sederhana dalam mengelola sumber daya alam dan menjaga harmoni di pulau-pulau kecil terluar serta belajar memaknai setiap kebahagiaan. belajar menjadi seorang manusia yang bermanfaat bagi lingkungannya, belajar toleransi dan belajar arti sebuah ketulusan.

***

Baca juga artikel mengenai cerita dan perkembangan pulau terdepan Indonesia:

Aksi Tepian Negeri di Pulau Terluar Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun