Mohon tunggu...
Wido Cepaka Warih
Wido Cepaka Warih Mohon Tunggu... Lainnya - Urip iku urup

Suka bertualang, pembelajar, pernah menjadi tenaga pendidik di pelosok dan pendamping pulau-pulau terluar, pemerhati masyarakat, isu sosial, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat untuk Bapak

30 Januari 2017   12:45 Diperbarui: 30 Januari 2017   12:58 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat untuk Bapak (Dok. Pribadi)

Bapak yang selalu mengajari kami untuk hidup prihatin dan menerima apa adanya serta selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Kuasa. Bapak selalu mengajari kami untuk bekerja keras karena dengan  bekerja keras kita akan banyak belajar mengenai hidup ini. Bapak yang selalu memintaku untuk tampil berani di setiap pertemuan-pertemuan di desa. Bahkan jika Bapak berhalangan, aku mewakili Bapak misalnya di acara selamatan ataupun kenduri warga. Bapak ingin aku belajar bersosialisasi dengan orang yang lebih dewasa dan lebih tua. Walaupun pada awalnya rasa cemas dan takut itu ada, tetapi aku berhasil mencobanya.

Bapak yang selalu marah jika kami lupa waktu, lupa dengan jadwal kegiatan sehari-hari kami karena keasyikan bermain dengan teman-teman. Bapak memberikan hukuman kepada kami agar kami belajar dari setia-setiap kesalahan yang kami perbuat. Namun, Bapak tidak segan-segan memberikan hadiah kepada kami jika kami mendapatkan hasil rapor yang bagus.

Bapak yang mengajari kepadaku arti hidup rukun. Rukun pada saudara kandungku dulu karena dulu kami sering bertengkar dan Bapak sangat marah jika kami bertengkar. Bapak meminta kami untuk saling meminta maaf. Bapak menasehati bahwa bersatu itu penting dalam ikatan keluarga, bagi Bapak keluarga kecil ini adalah segalanya.

Aku rindu dengan masa-masa bersama Bapak dulu. Aku rindu diboncengkan sepeda pada waktu menonton pertandingan sepak bola di lapangan kecamatan. Dibelikan makanan kesukaanku. Rasanya sudah cukup senang sekali waktu itu diboncengkan Bapak naik sepeda untuk sekadar jalan-jalan sore. Apalagi saat diajak Bapak bepergian naik bus ke saudara kami di Yogyakarta, dan pastinya Bapak selalu mengajak kami mampir berkunjung di salah satu kebun binatang yang cukup terkenal di sana. Melihat beberapa binatang yang belum pernah dilihat oleh kami, sangat senang sekali dan bahagia hati kami.

Bapak bangga sekali ketika aku mengikuti beberapa perlombaan semenjak dari sekolah dasar. Bapak bilang kepada kami tidak usah minder, percaya diri saja, semua orang itu sama. Bapak sangat bangga ketika aku mengutarakan bahwa diriku lolos menjadi finalis lomba penelitian ilmiah remaja di ibukota Jakarta. Bapak pulalah yang menemaniku pada saat mengikuti perlombaan di Jakarta. Bapak yang bercerita banyak hal mengenai perjalanan Bapak dulu. Bapak yang selalu mendukungku untuk berani maju dan jangan takut kalah pada saat perlombaan karena kamu sudah bagus sampai tahap ini. Bapak pulalah yang mengajakku jalan-jalan naik taksi dan bajaj. Walaupun dalam perlombaan tersebut aku belum bisa menang, tapi Bapak bangga sekali karena putra pertamanya pernah mewakili kabupaten untuk maju lomba ke tingkat nasional bertemu dengan orang-orang hebat yang sekarang menjadi salah satu motivasiku ingin menjadi seperti mereka, aku ingin menjadi seorang Profesor nantinya.

Bapak sangat senang sekali ketika di akhir tahun kelas tiga Sekolah Menengah Atas ketika mengetahui diriku lolos seleksi dua universitas ternama di Indonesia. Bapak pulalah yang sering menemaniku dalam mengikuti beberapa seleksi. Bapak memberikan pertimbangan agar aku memilih yang di ibukota agar aku bisa lebih belajar banyak hal dan benar-benar berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita. Ya pak, kelulusan setahun yang lalu aku persembahkan dengan hormat dan bangga untukmu juga untuk mamak. Baru kali ini aku melihat bapak menangis di hadapanku pada waktu melihat aku keluar upacara wisuda di Balairung Universitas Indonesia, bapak menangis memelukku dengan tanpa banyak kata-kata yang terucap dari beliau, tapi aku tahu ini ungkapan paling dalam dari Bapak atas rasa bahagia bapak waktu itu. Aku memelukmu dalam-dalam, berterima kasih atas semua yang telah engkau berikan kepada kami.

Dan saat ini, Aku ingin membalas semua kebaikan budi yang telah Bapak tanamkan selama ini. Aku ingin memberikan ilmuku dan mengabdi untuk negeri dan tanah ini, seperti yang engkau telah ajarkan dulu kepada kami apa makna nasionalisme bagi kami. Engkau pun sempat menyelipkan tanah dan bendera merah putih kepadaku pada waktu aku pertama kalinya naik pesawat untuk berangkat ke Kuala Lumpur selama satu bulan. Bapak selalu mengingatkan kepadaku, Jaga nama Indonesia! Buat Indonesia bangga lewat dirimu ! Sekali lagi aku mohon doa restunya Pak agar aku bisa menyelesaikan segala proses yang telah aku mulai dan jalani, untuk satu tahu mengabdi di negeri yang sangat kucintai ini Pak, seperti engkau mencintai putra-putranya.

Pak, putramu ini memang tak pandai untuk berkata dan menceritakan tentang dirimu. Tidak cukup hanya dengan tulisan ini saja, tidak cukup hanya dengan satu buku. Tapi aku sangat bangga mempunyai seseroang lelaki yang kukenal pertama kali dalam hidupku, Bapak.

Bagiku, Bapak adalah seorang lelaki yang sangat hebat dan saat ini engaku sudah semakin bertambah usia. Sudah banyak uban yang tumbuh di rambut Bapak. Terima kasih pak atas semua ini, semua yang telah bapak berikan kepadaku hingga aku bisa menyelesaikan pendidikan ke lebih tinggi. Aku janji akan meneruskan perjuangan bapak untuk berjuang lagi meraih beasiswa  ke luar negeri sampai menjadi Profesor seperti cita-citaku dahulu. Terima kasih sudah menjadi seorang Bapak, pembimbing, teman dan partner yang luar biasa dalam hidupku. Jasa-jasamu sungguh tak terhitung. Aku mendoakanmu selalu agar Bapak selalu diberi kesehatan oleh Tuhan dan diberi umur panjang. Aku ingin melihat Bapak tersenyum di hari-hari bahagiaku nanti. Semoga bapak selalu bahagia. Terima kasih Bapak atas segalanya. Aku rindu bapak.

Pak, aku sayang Bapak :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun