nafas Lautan Hindia lesap
tiada letih menyergap
inderaku yang gemuruh
angin mengendus dedaun luruh
bersiul bisu nada
hampa suara
perkasa tegak tebing karang
berselubung rimba menjulang
menghadang angin menghala siang
di kakinya, ombak yang letih
menghempaskan buih
melampiaskan kegundahan
di pasir pantai Pangandaran
wahai angin,
gerangan berita apa yang engkau bawa
pagi ini dari negeri terasing di tanah kembara?
gerangan ceritera apa yang engkau dengar
dari nyanyi nelayan di tengah laut bergelora
adakah itu cerita nestapa
yang menyertai hidup yang mencabar
mereka setiap ketika?
gerangan warta apa yang dikisah kepak
sayap keluang berarak membubung
bergegas pulang ke Pananjung
menampik pukau pagi
menyelingkuhi matahari?
oh,
kini dapat kudengar nada nanyianmu
pada gemerisik dedaun rimba jati
ballada tragedi kehidupan nelayan jelata
merentas gelombang menggadai nyawa
untuk hidup esok hari nan tiada niscaya?
bisu kata, senyap suara
meninjau dari atap tebing
kupandangi perahu serupa noktah beringsut pulang
membawa serta sekelumit harapan
menyambung hidup hari ini
angin tak pernah mati
di sini, di Karangnini
2007-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H