Mohon tunggu...
Kompasianer Air
Kompasianer Air Mohon Tunggu... Wiraswasta - Komunitas Pecinta Aviasi

Terbang, wisata

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Dapatkah Urban Air Mobility Atasi Kepadatan Jalan Perkotaan ?

29 November 2024   10:25 Diperbarui: 29 November 2024   15:35 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengembangan pesawat E-VTOL atau Electric Vertical take-off and Landing
 baik itu yang berawak atau tidak selama beberapa tahun ini sangatlah pesat dengan banyaknya perusahaan yang ikut serta.

Latar belakangnya tidak lain adalah konsep Mobilitas Udara Perkotaan atau Urban Air Mobility (UAM), konsep ini adalah bagian dari Advanced Air Mobility (AAM) yaitu konsep yang dapat mengangkut orang dan barang lewat udara dengan mengintegrasikan Unammaned Aerial Vehicle (UAS) dengan pesawat yang berkelanjutan yaitu yang menggunakan bahan bakar non fosil.

Konsep ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas darat perkotaan serta di saat yang sama mengurangi emisi karbon di ruang udara perkotaan karena menggunakan tenaga listrik.

Selain itu, konsep ini tidak memerlukan lahan sebesar bandara karena pesawat dapat melakukan lepas landas dan mendarat secara vertikal layaknya helikopter, namun demikian tetap akan diperlukan lahan sebagai tempat parkir serta fasilitas perawatan dan pemeliharan layaknya sebagai bengkel pesawat.

Kabarnya, ibu kota IKN akan ada e-VTOL nantinya, pengoperasian di IKN yang akan menjadi pertama di Indonesia diharapkan dapat menjadi acuan bagi kota kota lain bila kelak mereka akan menyedialan layanan transportasi udara perkotaan (Urban Air Mobility).

Dengan melihat perkembangannya kini, seberapa jauh e-VTOL berupa taksi udara ini dapat melakukan perubahan transportasi perkotaan, apakah benar benar dapat dijadikan sebagai transportasi massal mengingat daya tampungnya yang tidak sebanyak kendaraan transportasi lain di perkotaan seperti bis dan kereta api komuter.

Kapasitas

Jika dilihat dari kapasitasnya saat ini, e-VTOL sepertinya belum dapat dikatakan sebagai pengganti bis ataupun commuter di perkotaan, selain itu pula konsep perjalanannya sangat berbeda dengan konsep perjalanan bis dan komuter yang berhenti di beberapa halte atau stasiun untuk menurunkan dan mengangkut penumpang.

Konsep UAM lebih kepada point-to-point namun tetap berbeda dengan taksi di darat yang walaupun juga point-to-point namun titik jemput dan tujuan bisa dimana saja termasuk di depan tempat tinggal kita, sedangkan UAM berupa vertiport layaknya seperti bandara mini.

Namun pada kegiatan evakuasi kesehatan, e-VTOL dapat memberikan harapan baru dimana dapat mengurangi waktu tempuh antara titik jemput dan tujuan (fasilitas kesehatan) tanpa ada rintangan, kecepatan dalam evakuasi sangaf krusial dalam keadaan darurat, di sini e-VTOL dapat menjadi alternatif bahkan mungkin pengganti dari ambulance darat.

Keberadaan helipad yang mungkin sudah tersedia di fasilitas kewehatan dapat mengakomodasi pengoperasian e-VTOL ini akan tetapi untuk yang belum tersedia ada baiknya disediakan oleh pengelola agar dapat mengakomodasi e-VTOL

Regulasi


Dengan kapasitas yang lebih sedikit, maka bila permintaan meningkat akan diperlukan penambahan jumlah pesawat e-VTOL, dalam hal ini perlu diawasi pengaturan lalu lintas pada ruang udara di perkotaan tersebut, karena selain menyempit dengan banyaknya lalu lintas, juga ruang udara perkotaan memiliki rintangan seperti gedung bertingkat.

Pengawasan perlu dilakukan dengan benar benar agar dapat menghindari tabrakan di udara dengan menerapkan sistem yang dapat menghindari tabrakan di udara (collision avoidance system), misalnya dengan menetapkan jarak vertikal dan horizontal antara pesawat e-VTOL sepertii pada penerapan di dunia penerbangan komersial.

Sertifikasi - baik pada pesawat maupun pilot -- menjadi keharusan agar mereka dapat mengenali dan memahami aturan dan regulasi di ruang udara (rule of the skies) perkotaan yang jauh berbeda dengan penggunaan jalan di darat..

Para penyedia jasa taksi udara dengan kendaraan e-VTOL ini juga perlu memiliki manajemen krisis seperti halnya maskapai penrrbangan untuk mengantisipasi bila terjadi sebuah kondisi dan keadaan yang tidak diinginkan.

Para stakeholder penerbangan --khususnya penerbangan perkotaan -- perlu juga mempertimbangkan tersedianya asuransi perjalanan dengan taksi udara ini, karena kendaraan e-VTOL ini pada dasarnya sama dengan penerbangan lainnya.

Keselamatan tetap menjadi prioritas, dalam hal pengoperasian e-VTOL para penyedia jasa perlu benar benar memahami bahwa mereka berada pada sebuah industri dimana tidak ada kompromi pada keselamatan penerbangan.

Biaya dan Harga

Biaya pengoperasian setidaknya dapat memengaruhi harga layanan, taksi udara dengan menggunakan e-VTOL yang bisa berupa drone tanpa dan dengan awak ini serta menggunakan teknologi yang dapat dibilang tidak murah juga.

Di samping itu para penyedia layanan pastinya juga mempertimbangkan tingkat pengembalian investasi nya, baik itu Return on Investment nya (ROI) maupun Return on Invested Capital (ROIC) serta dengan biaya operasional di darat dan udara termasuk biaya perawatan dan pemeliharaan.

Transportasi memang merupakan kebutuhan akan tetapi dapat sebagai pilihan dan preferensi bagi para penggunanya yang sensitif terhadap harga, terlebih bagi para commuter yang melakukan perjalanan rutin setiap hari dari tempat tinggalnya ke tempat kerja bolak balik kecuali bila pada kondisi dan keadaan tertentu yang memang dibutuhkan alat transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan saat itu.

**

Penggunaan alat tranpostasi udara di perkotaan sepertinya akan lebih bermanfaat kegiatan medical evacuation dimana waktu tempuh dapat dipersingkat secara signifikan karena benar benar tidak menggunakan jalan raya dimana harus berbagi dengan pengguna jalan lainnya.

Ada baiknya penerapan ambulance udara inj juga dilakukan di daerah daerah dimana infrastruktur jalan kurang memadai sehingga masyarakat di sekitar tidak perlu lagi berjalan kaki jauh ataupun terlambat mendapatkan perawatan medis.

Penerapan taksi udara ini juga dapat dilakukan pada kegiatan pesan antar makanan atau kebutuhan sehari hari lainnya, baik itu dengan taksi udara berawak maupun tidak.

Transportasi Udara Perkotaan atau Urban Air Mobillity dengan berbagai infrastruktur dan pendukungnya pada dasarnya memanfaatkan ruang udara, dan walaupun ruang udaranya lebih kecil dari penerbangan sipil komersial maupun militer, tetap harus memperhatikan seluk beluk pengoperasian pesawat udara yang tidak mencakup pada penerbangannya saja tapi juga perawatan dan pemeliharaan serta manajemen krisis.

Dengan berbagai rintangan (obstacles) dengan kepadatan bangunan di perkotaan, tingkat risiko penerbangan pun dapat meningkat termasuk dampak yang dapat ditimbulkan bila terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan yang bisa tidak hanya berdampak pada penumpangnya saja tapi juga pihak lain di darat.

Jadi apakah kehadiran taksi udara ini dapat mengatasi kepadatan lalu lintas jalan raya di perkotaan ?.

Mungkin waktu yang dapat menjawabnya serta juga respon dari penduduk di kota kota sebagai penggunanya, namun yang jelas kehadiran transportasi udara di perkotaan bisa menjadi alternatif alat transportasi dengan waktu tempuh yang bisa lebih cepat.

Pada sisi kontribusi terhadap polusi udara perkotaan, kehadiran e-VTOL memang dapat mengurangi polusi udara tersebut, namun ada baiknya penggunaan bahan bakar non fosil juga diterapkan pada alat transportasi perkotaan lainnya seperti bis.

Bagaimana jika Urban Air Mobility ini diterapkan di kota kota di Indonesia ?.

Khusus untuk kawasan Jakarta dengan kota kota seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekaso dan lainnya, mungkin penerapan Regional Air Mobility (RAM) lebih tepat karena dapat mengurangi kepadatan lalu lintas jalan menuju dan dari Jakarta sehingga pada akhirnya dapat mengurangi beban jalan jalan di Jakarta.

Salam Aviasi.

Referensi :
https://www.grepow.com/blog/aam-vs-uam-what-is-the-difference.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun